Variabel pibadi juga dapat menjadi fase awal konflik. Contohnya seperti karakter pribadi yang ada pada diri seseorang, perbedaan individual, serta perangainya terhadap orang lain dapat menjadi titik awal dari konflik.
- Kognisi dan Personalisasi
Kognisi dan Personalisasi merupakan pandangan atau persepsi dari masing-masing pihak, baik invidu maupun kelompok terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kognisi dan personalisasi disini adalah tahap dimana terjadi penemuan isu-isu konflik dan penentuan solusi bagi penyelesaian konflik.
- Intention (maksud)
Intention adalah bentuk tindakan atas suatu keputusan dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Maksud dari pihak yang terlibat konflik ini akan tersampaikan dalam bentuk perilaku, meskipun sebenarnya tidak selalu konsisten.
- Perilaku
Perilaku disini meliputi reaksi dan tindakan yang dibuat dengan tujuan ancaman dan ultimatum, mengancurkan pihak lain, serangan verbal yang tegas, dan lain-lain.
- Hasil
Hasil merupakan bentuk aksi reaksi antara pihak yang sedang berkonflik dan menghasikan konsekuensi. Hasil dapat dibagi menjadi dua sifat, yaitu hasil fungsional dan hasil disfungsional. Hasil fungsional adalah hasil yang mengarah pada perbaikan kinerja kelompok, sementara hasil disfungsional adalah hasil yang menjadi hambatan bagi kinerja kelompok.
Bagaimana Cara Konflik bisa diselesaikan?
Negosiasi
Banyak kelompok atau pihak-pihak menggunakan jalan negosiasi untuk menyelesaikan konflik. Negosiasi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan yang terjadi sesuai dengan kesepakatan bersama. Strategi negosiasi terbagi menjadi dua, yaitu strategi Menang-Kalah (Win-Lose) atau biasa dikenal strategi Distributif dan strategi Menang-Menang (Win-Win) atau biasa dikenal dengan strategi Integratif.
Dari segi perilaku yang ada didalam organisasi, negosiasi dengan strategi Integratif cenderung lebih disenangi daripada strategi Distributif. Negosiasi Integratif lebih mengikat para pihak yang terlibat konflik dan memungkinkan pihak-pihak tersebut meninggalkan perundingan dengan perasaan mendapatkan keuntungan atau kemenangan. Sedangkan disisi lain, negosiasi Distributif akan meninggalkan salah satu pihak sebagai pihak yang kalah.
Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwasanya konflik yang terjadi didalam suatu organisasi harus mendapatkan penanganan segera dan dilakukan dengan tepat, tujuannya agar konflik tersebut tidak berlarut-larut dan menimbulkan substansi konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya konflik berlebih saat perbedaan pendapat, diperlukan adanya kemampuan untuk bernegosiasi bagi para pihak yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H