Kenyamanan adalah kunci dari sebuah pertahanan. Maka dari itu apabila dalam suatu lingkungan tidak mampu menciptakan suasana yang nyaman maka perpecahanlah yang akan didapat. Nyaman yang dimaksudkan bukan hanya dari segi perasaan saja melainkan juga didukung oleh beberapa aspek seperti lingkungannya baik internal maupun eksternal, sarana dan prasarana, dan lain-lainnya. Jadi di sini kenyamanan kerja bukan hanya diciptakan oleh diri sendiri (individu) melainkan juga seluruh elemen yang ada di dalamnya. Karena apabila seseorang nyaman dengan segala yang berhubungan dengan pekerjaannya maka orang tersebut akan setia pada pekerjaannya dan tidak ingin untuk beralih haluan.
Apakah setianya seseorang dalam pekerjaannya hanya dilihat dari kenyamanan?
Tentu tidak. Faktor lainnya adalah antara individu dengan pekerjaannya atau organisasinya memiliki satu visi yang sama. Dengan itu akan mempermudah untuk menyesuaikan diri dan lebih mudah untuk menyampaikan aspirasi demi tercapainya goals.
Kemudian timbul pertanyaan, pentingkah menyamakan visi? pastinya penting. Antara dua orang individu saja akan sulit bersatu apabila jalan pikirannya berbeda. Begitu pun juga antara individu dengan bidang atau organisasi yang hendak dan/atau tengah dilakukan harus memiliki perspektif yang sama dan saling mendukung. Sebab, keduanya akan saling memberikan benefit yang sangat besar. Organisasi memperoleh individu yang siap bekerja dengan baik dan sesuai dengan tuntutan yang ada, dan individu tersebut bukan hanya memperoleh manfaat finansial tetapi juga memfasilitasi bagi pengembangan potensi yang dimiliki.
Sebenarnya apa sih yang mau dibahas?
Penjelasan di atas akan mengarahkan kita pada satu kata yaitu “KOMITMEN KERJA”. Seberapa komitmenkah kita terhadap pekerjaan kita? atau seberapa besarkah usaha yang dilakukan untuk menciptakan kenyamanan pada karyawan sehingga mereka tetap berkomitmen dalam pelaksanaan kerjanya? Dalam hal ini, para manajer atau pemimpin harus mampu membaca situasi dengan baik agar para karyawannya tidak hanya bertahan karena adanya persamaan visi, nilai-nilai, dan pandangan melainkan inti dari segalanya adalah keinginan dan kemauan dari hati nuraninya.
Komitmen yang dibangun atas dasar keinginan yang tinggi akan tercermin dari kinerja yang dihasilkan. Dan saat kedua hal tersebut berjalan beriringan dengan baik maka lahirlah kepuasan kerja dari individu tersebut.
Antara komitmen dan kepuasan kerja merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling beriringan, dan berada dalam satu lingkaran. Ibaratnya adalah kita mengayuh sepeda agar rodanya berputar sehingga sepeda tersebut berhasil dikendarai. ketika pengendara tidak mengayuhnya maka sepeda tidak akan bisa berjalan. Begitu pun juga dengan komitmen dan kepuasan kerja. Apabila kita tidak berkomitmen maka kepuasan kerja tidak kita dapatkan. Dan apabila kita tidak merasa puas maka akan mengakibatkan menurunnya tingkat komitmen kerja.
Mengapa demikian?
Dalam hal ini ada 2 teori kepuasan kerja yang dapat mempermudah kita dalam memahaminya.
- Factor Theory, yang mana dalam teori ini menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan seseorang merupakan 2 variabel yang berbeda yakni motivators dan faktor pemelihara (hygiene factors).
Motivators sebagai variabel dari kepuasan kerja ialah berkaitan dengan segala hal yang sifatnya mendorong. Misalnya saat seseorang memiliki prestasi maka diberikan reward baik hanya berupa pujian ataupun materi, promosi jabatan, dan lain-lain. Selain itu juga ketika seseorang memiliki komitmen kerja yang tercermin dari kebanggaannya pada organisasi tempatnya bekerja yang berupa memperkenalkan dan memakai segala hal yang berhubungan dengan organisasinya tersebut.
Kemudian hygiene factors sebagai variabel dari ketidakpuasan kerja tetapi juga termasuk dalam kepuasan kerja. Variabel ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan baik fisiologi maupun saran dan prasarana, keadilan, hubungan antar rekan kerja, dan kualitas pengawasan. Apabila kita melihat, sebagian besar faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja tersebut berasal dari eksternal. Namun, banyak dari kita pun yang tidak merasa bahwa ketidakpuasan kerja datang dari internalnya kita. Misalnya konflik di luar pekerjaan sehingga terbawa perasaan, dan juga apakah segala bentuk pendukung kepuasan kerja dimanfaatkan dengan baik?.
- Value Theory, yaitu teori yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja seseorang akan timbul apabila hasil yang diperoleh sesuai dengan ekspektasinya. Yang perlu digaris bawahi dalam teori ini adalah sejauh mana perbedaan antara ekspektasi dengan hasil. Semakin besar perbedaan yang ada, maka semakin tinggi atau rendah pula tingkat kepuasan dan ketidakpuasan kerja.
Setelah membaca dan memahami 2 teori di atas, maka kita akan diajak pada satu teori yakni teori Intensi Turnover. Yang apabila kita melihat dan memperhatikan dengan baik maka kita akan sadar dan berpikir bahwa ternyata Inti sari dari 2 teori sebelumnya terdapat pada teori intensi turnover, yakni teori tentang komitmen kerja. Kenapa bisa seperti itu? karena sebagaimana dijelaskan oleh Amalia Khaerunnisa bahwa teori tersebut menjelaskan tentang “pembentukan tingkah laku seseorang didasarkan pada hubungan timbal balik antara keyakinan, sikap, dan segala aspek yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan tingkah laku tertentu”.
Berdasarkan teori-teori tersebut, akan didapati pemahaman ataupun suatu sugest yang mengatakan:
- Perilaku kerja dapat dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja seseorang, di mana banyak penelitian yang mengatakan bahwa perilaku seseorang lahir dari kepuasan/ketidakpuasannya dalam pekerjaan yang digeluti. Semakin tinggi kepuasan maka semakin baik pula perilaku yang ditunjukkan. Sebaliknya, semakin rendah kepuasannya maka semakin tidak baik pula perilaku yang ditunjukkan seperti adanya kecenderungan untuk berpindah tempat kerja, dan menurunnya tingkat optimisme.
- Perilaku kerja dipengaruhi oleh komitmen kerja, di mana kenyamanan dalam bekerja akan menimbulkan semangat yang tinggi sehingga melahirkan komitmen kerja yang kuat. Komitmen kerja akan terlihat dari loyalitas dan tingkat kehadirannya. Komitmen kerja yang kurang baik akan terlihat dari kecakapannya dalam bekerja, dan kehadiran yang rendah.
Demikianlah penjelasannya, semoga bermanfaat dan semoga dapat memperjelas segala kebimbangan terkait dengan kepuasan kerja sebagai salah satu faktor yang menentukan bagaimana perilaku seorang individu dalam komitmen kerja nya pun sebaliknya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H