Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Meraba Hubungan Megawati dan GenZ

24 Januari 2024   18:35 Diperbarui: 24 Januari 2024   18:37 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto YouTube PDI-P

Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu tokoh yang mencuat di tiap gelaran Pemilu. Narasi lantang dari warganet untuknya adalah "arogan."

Terbaru, warganet terpantik dengan ancaman putri Proklamator itu untuk menyeret siapa saja yang menjadikannya meme. Belum lagi soal berbagai pernyataan Megawati yang semakin memperkuat narasi bahwa dirinya sosok yang angkuh.

Tidak heran, Megawati kerap dipisahkan dengan para kadernya. "Pilih Ganjar tapi tidak PDI-P" atau "Mending pilih capres lain daripada pilih Ganjar yang cuman tunduk sama Megawati, bukan rakyat."

Terbaru, komika Pandji Pragiwaksono secara terbuka tidak mau memilih Ganjar karena ada sosok Megawati. "Gua enggak mau 03 menang, karena gua capek lihat presiden yang diperlakukan sembarangan oleh bu Mega, emang lu enggak capek lihat presiden duduk di depan pimpinan partainya," ujarnya dikutip dari video TikTok.

Konteks pendapat Pandji adalah, Megawati dianggap merendahkan Jokowi di beberapa kesempatan acara partai PDI-P. Misalnya, Jokowi dibilang petugas partai; Jokowi bukan siapa-siapa kalau tidak ada PDI-P; Atau soal kursi Jokowi yang lebih sederhana dibanding Megawati. Pandji menilai, bagaimanapun Jokowi adalah presiden dan dia adalah pilihan rakyat. Jokowi bukanlah pilihan Megawati ataupun PDI-P.

Narasi negatif yang dialamatkan pada Megawati itu makin mengkristal jika melihat cara bicaranya. Bagaimana dia memberi banyak tekanan khusus pada tiap kata yang disampaikan. Maka, makin jauhlah sosoknya dengan banyak kalangan.

Fenomena ini menarik untuk saya. Apa iya Megawati segitu arogannya? Apa benar yang banyak dikatakan warganet, terutama yang diwakili oleh Pandji?

Pertanyaan-pertanyaan itu membuka sebuah asumsi dalam diri saya. Konflik yang terjadi antara Megawati dan warganet sudah seharusnya terjadi! Asumsi saya, ada kesenjangan generasi antara Megawati dengan warganet yang didominasi oleh generasi muda, yakni Milenial dan GenZ.

Megawati yang bernama lengkap Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri itu tepat 77 tahun pada 23 Januari lalu. Umur yang sangat layak disebut nenek-nenek oleh Milenial dan GenZ. Generasi milenial adalah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994, atau yang sekarang paling tua berumur 44 tahun. Dan GenZ merujuk generasi yang lahir mulai 1995 hingga 2000-an, atau berumur 17 -- 29 tahun yang boleh "nyoblos."

Megawati harus bercermin diri jika ingin "menyatakan perang" dengan generasi ini. Karena merekalah pemilik suara mayoritas di Pemilu 2024. Berdasarkan hasil Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT di kantor KPU, total pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih. Secara presentasi jumlahnya mencapai 56,45% dari total keseluruhan pemilih.

Konflik Dua Generasi Berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun