Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Akhirnya Saya Kena Covid-19 (Juga)

1 Agustus 2021   13:50 Diperbarui: 2 Agustus 2021   06:39 3212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarapan kami yang selalu ada telor rebus, susu putih atau cokelat, dan roti. Hidangan pertama di saat isoman adalah membuat bakso

"Wan, kok badan berasa ngilu ya," mendadak Sari memecah keheningan.

Tidak lama kemudian, berturut-turut dia mengeluhkan tenggorokan yang tercekat, hidung mampet, kepala sangat sakit. "Panas ini, coba periksa pakai thermometer," ketika saya pegang dahinya.

Suhu tertinggi tercatat 38 derajat calcius. Setelah makan malam, dia minum Sumagesic, obat China, dan vitamin. Kondisi belum membaik. Sampai dua jam berjalan.

Saya coba konsultasi Halodoc. Apa daya, semua dokter sedang sibuk. Lalu saya hubungi Mbak Titin untuk bertanya apa ada dokter yang bisa ditanyai. Intinya dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan adalah langkah apa yang sebaiknya dilakukan.

Sembari nunggu dokter Halodoc, saya mendapat banyak masukan dari kenalan dokter Mbak Titin. Masukan tersebut juga senada dengan dokter Halodoc, termasuk beberapa obat yang direkomendasikan.

Setelah Sari selesai konsultasi, giliran saya mencari dokter di Halodoc. Keluhan utama saya masih di seputar tenggorokan. Ada beberapa hal penting yang saya catat setelah konsultasi. Pertama, obat dan vitamin yang diresepkan ada kemungkinan sedang sulit dicari. Baik untuk Sari maupun saya.

Kedua, kalau sudah positif melalui antigen, apakah masih harus PCR? Atau, kapan sebaiknya kami melakukan PCR? Dokter bilang, kalau sudah positif denga antigen, maka tidak perlu lagi PCR. Buat apa? Lalu yang kedua, sebaiknya PCR nanti saya setelah 2 minggu isoman.

Ketiga, dari semua obat dan vitamin yang kami konsumsi, dokter melarang melanjutkan minum Imboost. "Karena bisa meningkatkan risiko badai sitokin," begitu katanya.

Keempat, kami direkomendasikan untuk rontgen. Walau tampaknya batuk kering, jangan sampai ada tumpukan dahak di paru-paru. Hanya untuk antisipasi, jika ada sesuatu di jeroan kami.

Setelah konsultasi kami mendapatkan resep. Benar yang dikatakan dokter, obat dan vitamin kami tidak ada. Kemungkinan besar juga karena sudah malam. Tidak banyak apotek yang buka, apalagi di tengah pandemi.

Malam itu, Sari sulit tidur. Tergganggu oleh sakit kepala, badan ngilu di sekujur tubuh, dan hidung mampet. Kondisi seperti ini berlangsung sampai Selasa sore. Obat yang diminum hanya Sumagesic dan vitamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun