Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Ujung Tombak Penyaluran Energi untuk Sulteng

23 Oktober 2018   07:00 Diperbarui: 30 Oktober 2018   01:51 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gempa dan tsunami yang menghantam Palu dan sekitarnya pada 28 Setember 2018 lalu, langsung memutus aliran energi. Listrik seketika padam, jaringan telekomunikasi terputus, kendaraan operasional bantuan bencana terhambat oleh pasokan BBM, sampai air bersih pun tidak mengalir. Saat bencana terjadi, sumber energi harus segera dipulihkan supaya tanggap darurat dapat berjalan cepat dan tepat sasaran.

PT. Pertamina (Persero), sadar bahwa dirinya telah melekat sebagai sumber energi untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, menurut paparan Arya Dwi Paramita, External Communication Manager Pertamina, ketika gempa terjadi, crisis center Pertamina telah aktif dan mengidentifikasi dampak bencana terhadap Terminal BBM Donggala, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE), Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) berikut sejumlah lembaga penyalur BBM dan elpiji.

Arya yang hadir dalam kesempatan Kompasiana Nangkring bertema "Yuk Berbagi Informasi Seputar Langkah Bangkitkan Palu dan Donggala bersama Pertamina," memaparkan apa saja yang dilakukan timnya untuk merespons gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Pada tanggal 29 September 2018, dua Tim Pertamina Peduli Sulteng berangkat melalui jalur laut dan darat. Jalur laut menggunakan Kapal TNI KRI Makassar dengan memberangkatkan 7 relawan dan membawa bantuan logistik. Sedangkan jalur darat, ada 8 relawan bergerak dengan membawa logistik.

Langkah cepat kembali ditunjukkan Pertamina dengan memperbaiki Terminal BBM Donggala yang terdampak bencana. Hasilnya, pada 30 September 2018, terminal ini telah mampu menyalurkan Premium, Pertalite, Pertamax, Solar dan Avtur. Ada 6 mobil tangki dengan masing-masing kapasitas 16.000 liter untuk didistribusikan ke 4 SPBU di wilayah Palu. Dari keempat SPBU tersebut, dua diantaranya beroperasi hingga malam yakni SPBU di Jalan Maluku dan RE Martadinata.

"Bagaimana dengan operatornya? Kami kerahkan 50 operator yang didatangkan dari sekitar Sulawesi, serta awak mobil tangki dari Pare-Pare dan Kendari," terang Arya.

Hari-hari berikutnya, Pertamina terus menyalurkan energi untuk Sulawesi Tengah. Jalur laut dan darat sudah, berikutnya Pertamina menyalurkan energi dengan pesawat air tractor. Jumlah solar yang dibawa dari Bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, mulanya 4.000 liter dan total menjadi 12.000 liter sampai 3 Oktober 2018. "Solar ini untuk PLN dan operasional kemanusiaan. Juga untuk genset rumah sakit," ujar Arya semangat.

Kemudian BBM sebagai sumber energi memulihkan aktifitas perekonomian pasca gempa dan tsunami disalurkan. Sedikitnya 11 juta liter BBM disalurkan ke SPBU dan SPBU Portable yang didatangkan dari luar Sulteng. Supaya distribusi bisa sampai ke pelosok dan dirasakan masyarakat, Pertamina juga mendatangkan dispenser engkol yang membutuhkan tenaga fisik yang tidak ringan. Lalu ada 2 mobile tangki berdispenser. "Masalahnya adalah, (SDM) operatornya gak lengkap. Maka kami datangkan SDM dari Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk layani SPBU. Kami Buka tenda," kata Arya.

Sumber: Pertamina
Sumber: Pertamina
Perlahan namun pasti, pasokan BBM terdistribusi secara merata. Sampai 8 Oktober 2018, SPBU sudah beroperasi penuh dengan pasokan aman. Bahkan ada yang beroperasi 24 jam. Berikutnya yang juga menjadi perhatian adalah pasokan LPG. "Ibu-ibu mulai bilang 'kita masak pake apa nih?' Kita datangkan LPG dari Manado, Balikpapan, Makassar, dan lain-lain," Arya menambahkan.

Pertamina tidak berhenti pada urusan BBM. Semangat menyalurkan energi untuk Sulteng tidak sebatas energi BBM, tetapi juga energi untuk menyembuhkan dan menumbuhkan harapan. Tercatat ada 13 relawan kesehatan yang terjun untuk membantu masyarakat Palu dan Donggala. Mereka terdiri dari 3 dokter umum, 3 dokter spesialis, 5 perawat, dan 2 physiotherapy.

Mereka ini tidak termasuk para relawan Pertamina yang banyak di antaranya adalah orang muda. Kaum milenial ini tanpa diminta bergerak membantu para korban walau mendapat mandat memperbaiki TBBM Donggala. Yudi Setiawan (21), salah satu relawan, setelah membantu TBBM Donggala sampai beroperasi, ia juga sigap menyalurkan bantuan logistik. (Energia, Oktober 2018, Hal 40-41).

Pesawat Air Tractor

Ada banyak cara mendistribusikan BBM untuk memulihkan keadaan Sulawesi Tengah pasca gempa dan tsunami. Namun, ada satu transportasi yang mencolok perhatian, yakni Pesawat tipe AT 802 yang mampu membawa 4.000 liter solar untuk menyokong bantuan operasional pemulihan pasca bencana

Pesawat yang dioperasikan oleh PT Pelita Air Service, dibawa oleh Captain Benjamin, berangkat 1 Oktober pagi pukul 06.45 WITA dari Tarakan dan mendarat di Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu pukul 09.05 WITA. 

Pesawat dengan ciri warna kuningnya yang mencolok itu, mulai dikenal publik saat Presiden Joko Widodo mencanangkan program BBM satu harga di Bandar Udara Nop Goliat Dekai, Yahukimo, Provinsi Papua, 18 Oktober 2016. Merespon permintaan pemerintah pusat, PT Pertamina lewat Pelita Air lantas mendatangkan dua unit pesawat turboprop Air Tractor AT-802. Pesawat yang bisa bermanuver tinggi ini digunakan untuk mendistribusikan BBM ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) khususnya Krayan, Nunukan Kaltara dan Puncak Jaya, Papua, dalam rangka program BBM Satu Harga.

BBM satu harga adalah kebijakan menyeragamkan harga jual resmi BBM sebesar Rp 6.450 per liter premium dan Rp 5.150 per liter solar di beberapa daerah pelosok Indonesia. Kebijakan ini mengikuti pencabutan subsidi BBM dan pemberian penugasan kepada Pertamina untuk menyalurkan BBM ke daerah terpencil melalui pembangunan SPBU di tempat tersebut dan mengatur penyalurannya secara rutin baik melalui darat, laut, maupun udara. 

Berdasarkan catatan Gilang Perdana dalam Indo Militer, meski desainnya berasa jadul dengan tail wheel ala P-51 Mustang, namun sejatinya Air Tractor AT-802 terbilang pesawat baru. Pasalnya pesawat besutan Air Tractor Inc, Texas, Amerika Sertikat ini baru terbang perdana pada Oktober 1990. Beragam varian AT-802 sudah laris manis di pasaran, debutnya lebih kondang sebagai pemadam kebakaran dan penyemprot pada lahan pertanian.

Spesifikasi Pesawat Air Tractor AT-802
Spesifikasi Pesawat Air Tractor AT-802
Di Asia Tenggara, AT-802U masih mencari pasar. Indonesia sendiri menggunakan versi sipil AT-802A (single seat cockpit) yang dimodifikasi bagian bawah fuselage-nya untuk kapasitas bahan bakar eksternal.

Walau kiprahnya terbilang baru, tetapi Air Tractor AT-802 ini bisa dikatakan sebagai ujung tombak dalam mewujudkan energi berkeadilan. Pertamina telah membantu cita-cita pemerintah untuk "Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan." Dengan BBM satu harga maka energi menjadi motor untuk menggerakkan ekonomi nasional, tidak hanya di kota, tetapi juga di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal.

Pesawat ini pula, berkat kolabarasi tim reaksi cepat di tubuh Pertamina mampu memberikan kontribusi nyata dalam tanggap darurat bencana. Pengalaman dalam penanganan gempa Sulteng menjadi bekal berharga saat menghadapi situasi serupa di masa depan.

Apalagi, dari sisi korban, bencana di Sulteng terbilang besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah 2.113 orang meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang menerjang Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Selain itu BNPB juga mencatat ada 4.612 orang yang mengalami luka berat. Data tersebut diperbaharui BNPB pada Sabtu 20 Oktober 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun