Siapa menteri yang hampir selalu ada di samping Presiden Jokowi saat kunjungan kerja ke lapangan? Dialah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Sebagai menteri dari presiden yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur, maka kehadiran Basuki dapat kita maklumi.
Hubungan spesial keduanya memuncak ketika Presiden tidak sungkan menyanjung Basuki pada acara Rakornas Tiga Pilar PDIP beberapa waktu lalu. Saat itu, Presiden menyebut Basuki sebagai Bapak Infrastruktur Indonesia. Basuki pun merendah, karena ia hanya pelaksana. "Saya ini kan pembantu beliau (Presiden). Beliau pahlawannya dan saya ini pelaksana," katanya di Tempo.co.
Visi infrastruktur Presiden yang diejawantahkan oleh Basuki bersama banyak pihak terkait bukan hanya jargon. Ada banyak hasil nyata yang dapat kita liat dan banyak pula yang sudah kita nikmati. Ada jalan tol yang hampir nyambung di Pulau Jawa, Tol di Sumatera, Jalan Perbatasan di Kalimantan - Â Papua -- NTT, Pos Lintas Batas Negara, Pelabuhan dan Bandara Baru, Jalur Kereta, dan yang cukup menyita perhatian adalah Renovasi Kompleks Gelora Bung Karno untuk gelaran Asian Games 2018.
Untuk mengawal supaya proyek fisik dapat berjalan dan tidak mangkrak, baik Presiden maupun Basuki langsung turun ke lapangan. Ada pemahaman di kalangan internal, kalau presiden mengunjungi satu proyek sebanyak 2 kali, maka menteri terkait paling tidak datang sebanyak 5 kali, dan dirjennya datang ke lokasi tidak kurang dari 10 kali.
Cara ini tergolong ampuh untuk memberi jaminan proyek yang berjalan tidak mangkrak. Bahkan, di saat memasuki tahun politik seperti saat ini, Basuki memastikan tidak ada proyek yang terhenti sampai tahun 2019. Hasilnya pun dapat kita lihat. Banyak bangunan yang layak dibanggakan, seperti jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan, bandara di tengah kota maupun di pelosok.
Namun semua itu tidaklah cukup. Banyak di antara kita sepaham, lebih mudah membangun daripada memelihara apalagi meningkatkan. Terlebih, tidak ada korelasi antara kemajuan fisik suatu Negara dengan kemajuan perilaku/ budaya masyarakatnya.Â
Artinya, suksesnya pembangunan infrastruktur tidak menjamin bahwa masyarakat kita memiliki etiket/ norma yang baik. Itulah mengapa, saya memimpikan di sebelah Presiden tidak hanya berdiri Basuki tetapi juga ada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang berdiri di sisi lain Presiden.
Impian saya tidak hanya simbol, di mana Presiden diapit Basuki dan Puan saat mengunjungi proyek infrastruktur. Lebih dari itu, visi pembangunan infrastruktur Presiden bisa diejawantahkan secara ganda, Basuki membangun infrastruktur fisik dan di sisi lain Puan membangun manusianya. Tanpa sentuhan "revolusi mental" yang juga digaungkan Presiden maka kemegahan bangunan atau kemajuan suatu kota/ daerah akan terasa" dingin.
Kita belum telat jika ingin mewujudkan pembangunan yang utuh, menyentuh fisik dan manusianya. Menurut saya, momen yang tepat untuk mewujudkannya adalah perhelatan Asian Games yang diselenggarakan pada 18 Agustus- 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang.
Terkait dengan persiapan fisik pesta olah raga tingkat Asia, tampaknya tidak ada perdebatan di antara kita. Renovasi kompleks Gelora Bung Karno yang dibangun 1962 itu sudah selesai. Hasilnya sangat spektakuler. Tidak hanya "jago kandang," Stadion Gelora Bung Karno layak kita sandingkan dengan stadion-stadion terkemuka di negara maju.
Capaian itu tidak cukup. Bahkan akan terasa hambar atau bisa terkubur dengan perilaku tidak terpuji dari oknum masyarakat kita. Misalnya, selama penyelenggaraan Asian Games kita masih saja membuang sampah sembarangan, tidak tertib dalam antrean di venue pertandingan, ugal-ugalan di jalanan dengan tidak memberi tempat bagi pejalan kaki untuk berjalan di trotoar atau menyeberang di zebra cross, bahkan mungkin ada yang mencari kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan seperti mencopet.