Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menggugat Pembangunan Pariwisata Bogor Pasca Kedatangan Obama

4 Juli 2017   14:27 Diperbarui: 9 Juli 2017   23:04 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan kulinernya? Kalau yang ini tidak usah dibahas lagi. Mau makan di Bogor, maka datanglah ke Suryakencana dan Gang Aut. Berbagai kuliner legendaris tersaji di sini, dari yang halal sampai yang non halal. Penggemar makanannya pun terkenal fanatik, khusus datang untuk makan di tempat yang sama bertahun-tahun sekalipun harus mengantri lama. Sebutlah ragam kuliner yang ditawarkan seperti martabak Encek, soto kuning pak salam, soto kuning Pak Yusup, bakmi Aloi, soto mie Ciseeng, Ngo Hiang Gg. Aut, toge goreng Ibu Evon, lumpia basah Pak Alen, asinan Bogor Gedung Dalam, bir kotjok, es cincau hijau, combro, beragam pepes dan es mangga.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bagi saya pribadi, kawasan Suryakencana ini menjadi spot paling menarik untuk dijadikan destinasi wisata. Karena daerah ini itu benar-benar eksotik, unik, dan sangat kental nuansa heritagenya. Saya yang nyaris setiap Sabtu melewati daerah ini untuk beribadah, berasa tidak bosan dan menikmati daya magisnya. Namun demikian, pemerintah daerah tampaknya alpa untuk mengembangkan daerah ini secara lebih serius.

Memang saya akui, ada sedikit perubahan seperti pembangunan gapura megah di ujung Jalan Suryakencana yang memberi gambaran kental kawasan Pecinan. Kemudian sudah mulai rajin petugas dinas perhubungan yang berjaga menjewer sopir angkot yang sering ngetem di sekitar gapura sehingga memperlancar arus lalu lintas. Namun demikian, masih ada banyak PR yang harus dilakukan untuk mewujudkan kawasan ini menjadi destinasi kelas nasional bahkan internasional. Ingat, daerah ini hanya sepelempar batu dari Istana Bogor, tempat Presiden Joko Widodo tinggal dan menerima tamu negara, satu di antaranya yang terakhir adalah Barack Obama.

Aksesibilitas masih menjadi momok untuk datang ke sini. "Hanya" untuk makan soto saja harus berjuang menembus kemacetan 30 menit lebih untuk jarak yang hanya 1 km. Kendaraan pribadi harus bertarung dengan jejeran angkot untuk menuju lokasi, belum lagi dalam urusan mencari parkir. Penetapan kawasan parkir khusus, yang artinya tarifnya lebih mahal pun tidak memberikan efek timbal balik yang sepadan bagi pengguna jalan. Kualitas jalan juga menjadi catatan khusus, karena hampir tidak pernah daerah ini bebas lubang. Sekilas diketahui penyebabkan adalah sistem drainase yang buruk sehingga air menggenang di jalan.

Tertawa lepas selelah berhasil melewati Gang Aut. Tampak di kejahuan bagaimana padatnya lalu lintas yang membuat wisatawan harus menawan emosi dan memperkuat mental
Tertawa lepas selelah berhasil melewati Gang Aut. Tampak di kejahuan bagaimana padatnya lalu lintas yang membuat wisatawan harus menawan emosi dan memperkuat mental
Beralih ke kawasan heritage-nya. Ada baiknya ada kerja sama pemerintah daerah dengan pemilik properti di sepanjang jalan Suryakencana untuk menata dan mempertahankan keaslian bentuk bangunan. Mempertahankan kawasan dengan mempercantiknya pasti memberikan efek yang luar biasa untuk wisata. Paling tidak, seminimal mungkin, di era melenial, kawasan tersebut bisa menjadi obyek foto, foto selfie maupun wefie.

Yang berikutnya adalah soal penataan trotoar, tempat berdagang dan kebersihan. Sampai saat ini, lahan pertarungan "hidup mati" di surga kuliner ini adalah trotoar atau pedestrian. Di lahan yang sempit itu, para pedagang menggelar dagangan, para pembeli mengantri, wisatawan berjejal untuk makan, dan di situ pulalah hajat makanan/ dagangan dibuang. JOROK!!! Pola seperti ini tentu berhubungan dengan buruknya drainase, menghambat aliran air membuat air merendam jalan sehingga rusak, dan penataan yang semerawut memicu tindak kejahatan seperti copet.

Joroknya para pedagang yang tidak bisa mengelola dengan baik limbah jualanya.
Joroknya para pedagang yang tidak bisa mengelola dengan baik limbah jualanya.
Saya berpikir tempat wisata ini bisa dikembangkan seperti Malioboro di Yogyakarta dan Kawasan Kuliner Jalan Sudirman di Palembang. Suryakencana yang saya pikirkan memiliki kantong parkir yang memadahi dan menata para pedagang sedemikian rupa sehingga pembeli nyaman, aman, bersih, dan ramah bagi lansia serta kaum disabilitas. Mengingat ada banyak wisatawan yang datang ke sini adalah kaum lansia. Mereka jumlahnya tidak sedikit dan memiliki rasa fanatik yang tinggi untuk makanan-makanan tertentu yang disajikan di Suryakencana.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Terkait pengembangan wisata, Kementerian Pariwisata sudah menetapkan strategi pengembangan destinasi pariwisata. Ada 3 strategi besar yang harus dilakukan Pemerintah Kota Bogor yakni: Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata.

Yang harus dikembangkan Prasarana Umum, yakni: listrik, air, telekomunikasi, dan pengelolaan limbah. Fasilitas Umum: keamanan, keuangan perbankan, bisnis, kesehatan, sanitasi dan kebersihan, khusus bagi penderita cacat fisik, anak-anak dan lanjut usia, rekreasi, lahan parkir dan ibadah. Fasilitas Pariwisata: akomodasi, rumah makan/restoran, informasi dan pelayan pariwisata, keimigrasian, TIC dan e-tourism kios, polisi pariwisata dan satuan tugas wisata, toko cinderamata, penunjuk arah-papan informasi wisata-rambu lalu lintas wisata, bentuk bentang lahan.

Semoga kawasan wisata di Kota Bogor terus berbenah dengan cepat dan signifikan. Karena percuma banyak tokoh nasional dan dunia yang datang ke Bogor untuk promosi, tetapi mereka yang datang justru kecewa dengan ketidaksiapan Pemkot Bogor dalam menyambut wisatawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun