Bagi saya, berkendara di Jakarta perlu menjadi pertimbangan serius dalam membeli sepeda motor. Ada begitu banyak kendaraan di Ibu Kota, tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Belum lagi beragam proyek pembangunan yang memangkas kapasitas jalan seperti pengerjaan mass rapid transit (MRT), fly over non tol Tendean - Ciledug, jalan lingkar Semanggi dan masih banyak lainnya. Kondisi jalan pun tidak mantap, ada banyak lobang, retakan bahkan jalan bergelombang yang menghadang para pengguna jalan. Semua kondisi ini saya hadapi tiap hari kerja. Rumah di daerah Jakarta Pusat, kantor di Jakarta Selatan, dan sesekali menjemput istri di kantornya di daerah Kelapa Gading Jakarta Utara.
Kepadatan tidak hanya terjadi di dalam kota. Lalu lintas yang padat dengan bumbu pasar tumpah di Kramat Jati dan Cibinong saya hadapi tiap weekend, di mana kami pulang ke Kota Bogor, Jawa Barat. Jalan semakin ramai kalau bertepatan dengan jam pulang kerja, karena ada banyak pabrik berdiri di jalur Jalan Raya Bogor. Sampai di Bogor, memang ada kalanya ada lobang dan macet seperti di Jakarta. Tetapi, yang membedakan adalah kontur jalannya naik turun di banyak tempat.Â
Motor baru yang saya perlukan adalah motor yang tidak hanya cepat tetapi juga tahan terhadap jarak jauh, tangguh di jalan yang rusak, nyaman menghadapi lobang dan jalan bergelombang, lincah di tengah kepadatan lalu lintas, dan harus irit. Kalau tidak irit, kantong bisa jebol karena hanya membuang bahan bakar sia-sia dalam kemacetan.
Motor yang akhirnya saya pilih adalah Honda Vario 150 eSP dengan warna matte hitam-merah. Inilah pertimbangan saya. Vario 150 Sempurna karena memiliki dimensi lebih besar daripada generasi sebelumnya, yakni 1.921 x 683 x 1.096 mm. Di kelasnya, motor ini paling gagah, kekar, dan futuristik. Saya merasa ukuran ini pas untuk mengadu gesit di tengah kepadatan lalu lintas dengan memberikan ruang yang cukup untuk kaki saya yang panjang. Untuk ukuran matic, memang ada yang lebih kecil atau yang lebih besar, baik merek Honda maupun lainnya, tapi Vario 150 ini sempurna untuk saya gunakan dan sempurna untuk "bekerja" di jalanan. Â
Dimensi motor yang proporsional itu, ditopang oleh sistem pengereman yang andal, handling serta suspensi yang juga sesuai. Rem yang menggunakan sistem combi brake system berfungsi prima sekalipun dalam kondisi hujan atau jalanan yang masih basah. Bagi saya ini penting karena rumah kami di Bogor terkenal dengan sebutan Kota Hujan. Untuk handling terasa enteng dan stabil sekalipun saat menikung. Sedangkan  suspensinya terbilang cukup nyaman. Paduan pengereman, handling dan suspensi di Vario 150 eSP sangat cocok dengan jalan Jakarta yang padat, cukup banyak lobang, patahan pada jalan cor, dan jalan bergelombang. Apa yang ditawarkan oleh Honda dari produk andalannya ini memberi rasa nyaman dalam berkendara. Inilah mengapa Vario 150 Sempurna.
Selanjutnya, Honda Vario 150 Sempurnakarena unggul pada mesinnya. Di dalamnya disematkan mesin berkapasitas 149,3 cc dengan 4 langkah, SOHC berpendingin cairan, transmisi V-Matic dan memiliki kompresi pembakaran 10:6:1 sehingga menghasilkan tenaga yang besar untuk sekelas matik yaitu tenaga maksimal mencapai 9,3 kW (12,46 HP) pada putaran mesin 8.500 RPM dan torsi yang mantap mencapai 12,8 Nm pada putaran mesin 5.000 RPM.
Bagi saya data tersebut tidak mengajak kita untuk "Yuk mari kebut-kebutan!" Tetapi memberi manfaat pada kenyamanan berkendara di jalan yang padat dan rusak. Kapasitas mesin yang besar ini membuat throttle-nya lebih responsif, gas sedikit maka motor akan memberi respons yang cepat. Coba bayangkan kalau kapasitas mesin kecil atau tarikan gasnya berat, pasti badan cepat capai dan pekerjaan menjadi tidak efektif dan efisien. Kapasitas mesin yang besar juga saya perlukan untuk perjalanan panjang saat pulang ke Bogor dan melahap medan jalan yang naik turun. Â Â
Namun demikian, ada peraturan batas kecepatan kendaraan yang harus diperhatikan. Bukan karena takut pada hukumannya atau takut melanggar aturan, tetapi lebih untuk sayang nyawa sendiri. Ngebut tidak hanya memiliki risiko kecelakaan tetapi juga boros bahan bakar minyak dan bisa merusak mesin. Jika motor langsung dihentak saat baru hidup atau digas-gas secara kejut, bisa merusak mesin dan sangat boros bahan bakar. Teknologi injeksi PGM-FI yang digabungkan dengan teknologi eSP dan teknologi Idling Stop System yang disematkan untuk menghemat bahan bakar akan sia-sia belaka. Intinya adalah perilaku pengendara sangat menentukan apakah yang bersangkutan memilih selamat di jalan, memillih menjaga kualitas motor awet, atau memilih bersikap sebaliknya.
Keselamatan jiwa kita dan orang lain juga keawetan sepeda motor akan terwujud jika comply dengan aturan yang ada. Dengan motor lama, yakni Honda Revo 110, sebisa mungkin saya praktikkan batas kecepatan. Saat pulang ke Bogor, maksimal saya memacu sepeda motor 60-80 kilometer per jam saat jalanan bebas hambatan. Saat beraktivitas di Kota Jakarta, entah itu ke kantor atau liputan, saya pacu dengan kecepatan paling tinggi 50 kilometer per jam. Dan maksimal 30 kilometer per jam ketika saya masuk ke kawasan pemukiman. Apalagi daerah tempat tinggal saya di Johar Baru, tempat terpadat di Jakarta.
Habitus yang saya bangun bersama Honda Revo 110, pastinya melekat dengan sendirinya saat menjalankan Honda Vario 150 eSP. Dengan beragam keunggulan mencolok, jika dibandingkan dengan motor lama, saya sudah tidak sabar untuk merasakan Kesempurnaan Berkendara bersama Honda Vario 150 eSP. Tingkat kecepatan yang telah menjadi habitus dan comply dengan regulasi yang berlaku, membuat saya yakin berkendara dengan Vario 150 eSP akan memberi keselamatan, kenyamanan, kenyamanan, dan hemat bahan bakar karena semua fitur dan teknologi andalan motor ini berfungsi maksimal serta optimal. Saya yakin kinerja Vario 150 Sempurna.