"tidak beriman satu persatu kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. HR. al-Bukhori
Hubungan masyarakat Islam dengan komunitas bangsa dan umat lain (nonmuslim) semasa damai seyogianya menjunjung tinggi prinsip saling kerjasama, saling empati, dan bergotong royong dalam hal-hal yang mengandung kebaikan bagi umat manusia sebab seluruh manusia diciptakan Allah SWT dari satu sumber (yakni nabi Adam) sehingga tidak seyogianya saling tikam atau saling bermusuhan diantara mereka, dan tidak seyogianya pula yang kuat menindas yang lemah.
Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Seperti, tidak masuk ke rumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam,dan ucapan yang diucapkan adalah ucapan baik, selain itu dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri.
C. Hubungan dengan Alam
Yang di maksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang dajarkan Al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Jangankan dalam masa damai, dalam saat perperangan pun terdapat petunjuk Al-Qur'an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itupun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar. Allah berfirman:
"apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, bediri diatas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah dan agar ia membalas orang-orang fasik. (QS. Al-Hasyr: 59:5)
Dalam tasawuf wadhatul-wujud, ditanamkam bahwa Allah tercermin pada alam dan alam tercermin dari Allah. Kesadaran kosmologi para sufi dibangun atas prinsip bahwa mencintai Allah tidak sempurna tanpa dibarengi dengan mencintai alam. Sebaliknya, mencintai alam tidak memiliki makna apapun, jika tidak didasarkan atas cinta Allah. Kesadaran kosmologi ini pada tataran praktis tercermin pada sikap peduli lingkungan.
Penulis: Fikri Fahreza Dan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H