Paradigma, khususnya dalam pencarian ilmu pengetahuan (discipline inquiry paradigm). Menurut (Batubara, 2017) Paradigma adalah kerangka perspektif riset yang digunakan oleh peneliti. Paradigma ini mencakup cara pandang peneliti dalam melihat realitas, metode yang digunakan untuk mempelajari fenomena, pendekatan yang diambil dalam penelitian, dan cara-cara untuk menginterpretasikan hasil temuan.
Untuk mengembangkan suatu paradigma ilmiah, penting untuk mempertimbangkan perspektif filosofis dan metodologis yang membentuk penemuan pengetahuan (Rokhmah, 2021). Hal ini mencakup beberapa dimensi penting, yaitu dimensi ontologi (cara pandang tentang hakikat realitas dan keberadaan), dimensi epistemologis (bagaimana pengetahuan diperoleh dan batas-batasnya), dimensi aksiologis (nilai-nilai yang terkait dengan pengetahuan dan aplikasinya), dimensi retorik (cara pengetahuan dikomunikasikan), dimensi metodologis (metode yang digunakan untuk memperoleh dan memvalidasi pengetahuan) (Adib, 2011).
Paradigma epistemologi memiliki urgensi yang tinggi karena membutuhkan gambaran manusia berpengetahuan, menggambarkan manusia manusia tersebut perlu adanya penyelesaian masalah dan jalan menjawab yang baik, sehingga epistemologi dapat menjadi peran penting untuk melihat kebenaran tersebut. Realisme kehidupan juga menjadi crusial karena realisme merupakan keadaan yang mengajarkan bahwa menanamkan pengetahuan menjadi penting. Jika melihat diri dalam kehidupan realitas dibutuhkan adanya inisiatif sehingga peran ilmu pengetahuan menjadi penting karena bentuk inisiatif ini dipikirkan secara matang.
Nilai pengetahuan yang dapat dilihat dari kadar instrumentaliannya dapat dibawa kepada asal usul, akibat akibat, baik yang, dsb. Sehingga epistemologi memiliki peran dalam melihat paradigma dalam dunia nyata. Namun, adanya struktur tradisional guru menjadikan adanya konsekuensi yang perlu menjadi pertimbangan baru karena epistemologi dapat menggantikan struktur tradisional para guru yang melakukan pengajaran hanya berpatok pada subjek materi, adanya epistemologi guru harus melakukan pengajaran dengan mempertimbangkan problem solving dan mendiskusikan terkait hal tersebut.
Epistemologi, berasal dari kata Yunani "episteme" yang berarti pengetahuan dan "logos" yang berarti ilmu, adalah sebuah cabang filsafat yang mempelajari asal-usul, sifat, dan karakter pengetahuan (Wilower, 2001). Sebagai teori pengetahuan, epistemologi berfokus pada hakikat ilmu pengetahuan, asumsi-asumsinya, dasarnya, dan justifikasi dari pengetahuan yang dimiliki manusia. Menurut (Devinta et al, 2017) Epistemologi mengkaji esensi, kebenaran, sumber, metode, dan struktur pengetahuan. Misalnya, epistemologi memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban manusia di seluruh dunia, dan secara khusus berdampak pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum, kajian epistemologi sering dimulai dengan menguraikan konsep “sains” yang biasanya dibedakan dari pengetahuan pada umumnya (Pajriani, 2023).
Menurut Abdul Munir Mulkan, Epistemologi merupakan segala macam bentuk aktivitas dan pemikiran manusia yang selalu mempertanyakan dari mana asal muasal ilmu pengetahuan itu diperoleh. Bisa disimpulkan bahwasanya epistemologi memiliki peran penting terhadap kebenaran ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan perlu adanya acuan untuk menilai benar salahnya pengetahuan itu sendiri. Diperkuat dengan statement Mujamil Qomar yang menyebutkan epistemologi merupakan ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan menentukan arah dan kodrat pengetahuan. Epistemologi sangat penting untuk memahami pengetahuan, dengan menjawab apa yang dibutuhkan manusia dan asal usulnya tentu memperkuat suatu ilmu pengetahuan.
Lahirnya ilmu pengetahuan menandai bahwa peradaban modern mulai terjadi, perkembangan ini terjadi tanpa menutup kemungkinan bahwa pengetahuan terdahulu tetap dibutuhkan dan dijadikan acuan untuk menerima pengembangan pengetahuan saat ini. Perkembangan ini diikuti dengan kecenderungan memposisikan ilmu pengetahuan secara parsiap antara hakikat, proses, dan nilai guna. Seperti pada filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan karena perkembangan mendasari berbagai keberhasilan dan menunjukkan keterbatasan ilmu pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali pemahaman tentang objek disamakan dengan tujuan, menyebabkan pengertiannya menjadi rancu dan kabur (Frank, 2004). Namun, jika diperhatikan dengan seksama, objek dan tujuan sebenarnya berbeda. Dalam jurnal (Devinta et al, 2017) Objek dapat diartikan sebagai sasaran, sedangkan tujuan lebih dekat dengan konsep harapan. Meskipun keduanya berbeda, ada hubungan yang berkesinambungan antara objek dan tujuan karena objek berperan sebagai langkah menuju pencapaian tujuan.
Sebagai cabang dari filsafat, epistemologi, atau teori pengetahuan, yang pertama kali diperkenalkan oleh Plato, memiliki fokus tertentu. Dalam jurnal (Jujun S. Suriasumantri, 1990), objek epistemologi adalah "seluruh proses yang terlibat dalam upaya kita untuk memperoleh pengetahuan". Proses perolehan pengetahuan ini menjadi sasaran utama teori pengetahuan dan berfungsi sebagai perantara untuk mencapai tujuan akhir (Pari, 2018). Dengan demikian, objek (sasaran) merupakan langkah penting yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Jacques Maritain menyatakan dikutip dari jurnal (Hofer, 2001) bahwa tujuan utama epistemologi bukanlah sekadar menjawab pertanyaan apakah kita bisa mengetahui sesuatu, melainkan menemukan syarat-syarat yang memungkinkan kita untuk mengetahui. Ini menunjukkan bahwa meskipun memperoleh pengetahuan adalah hasil tak terelakkan, tujuan inti epistemologi sebenarnya adalah untuk memahami bagaimana kita bisa memiliki potensi untuk mendapatkan pengetahuan (Kelly dan Licona, 2018). Fokusnya adalah pada kemampuan kita untuk mengenal dan memahami, bukan hanya pada akuisisi pengetahuan itu sendiri.
Epistemologi dapat berperan sebagai fondasi untuk melihat akuntabilitas suatu ilmu pengetahuan, hal ini dapat membantu ilmu pengetahuan menjadi konkret sehingga dapat menemukan rasional dan menyoroti pentingnya hubungan antara objek dan tujuan untuk memahami ilmu pengetahuan. Jacques Martain juga menyebutkan bahwa tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, namun untuk menemukan sayarat yang memungkinkan untuk bisa diketahuai. Sehingga, dalam memperoleh ilmu pelru diketahui adanya keadaan yang tidak bisa dihindari, epistemologi melihat ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan potensi potensi lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang akuntabel.