Mohon tunggu...
Ananda Fithrotuzzahro k.p
Ananda Fithrotuzzahro k.p Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Burnout pada Mahasiswa Berdampak pada Penyakit Gerd: Sebuah Tinjauan Kesehatan

28 Desember 2024   22:00 Diperbarui: 28 Desember 2024   21:58 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Pendahuluan

Di tengah tuntutan akademik yang tinggi, mahasiswa sering kali menghadapi tekanan mental dan fisik yang berlebihan. Tekanan ini, yang dikenal dengan istilah burnout, dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka. Salah satu kondisi kesehatan yang sering kali terkait dengan stres berkelanjutan adalah penyakit refluks gastroesofageal (GERD). GERD adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar di dada atau yang dikenal dengan heartburn. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana burnout pada mahasiswa dapat berdampak pada timbulnya atau memperburuk gejala GERD.

Apa itu Burnout?

Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, sering kali terkait dengan pekerjaan atau tuntutan akademik yang tinggi. Pada mahasiswa, burnout sering kali muncul karena beban kuliah, tugas, ujian, hingga tekanan untuk memenuhi harapan orang lain atau diri sendiri. Gejala burnout meliputi kelelahan ekstrim, kecemasan, depresi, penurunan motivasi, dan perasaan tidak berdaya.
Burnout dapat mengganggu keseimbangan tubuh, meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol, dan memengaruhi fungsi berbagai sistem tubuh, termasuk sistem pencernaan. Salah satu dampak fisik yang kurang sering dibahas adalah hubungan antara stres kronis dan gangguan pencernaan, khususnya GERD.

Apa itu GERD?

Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) adalah kondisi medis yang terjadi ketika asam lambung atau isi perut naik kembali ke kerongkongan. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri dada (heartburn), regurgitasi (perasaan asam atau makanan naik kembali ke tenggorokan), kesulitan menelan, dan bahkan batuk kronis. Pada beberapa kasus, GERD yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti radang tenggorokan, asma, atau bahkan kanker kerongkongan.

Bagaimana Burnout Memengaruhi GERD?
Stres yang berkepanjangan, seperti yang dialami saat burnout, dapat memengaruhi sistem pencernaan dengan berbagai cara:

1.Meningkatkan Produksi Asam Lambung
Stres memicu pelepasan hormon stres, seperti kortisol, yang dapat merangsang produksi asam lambung berlebih. Produksi asam yang berlebihan ini dapat menyebabkan refluks asam, yang merupakan gejala utama GERD.
2.Pelemahan Otot Sfingter Esofagus Bawah (LES)
Stres juga dapat memengaruhi otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan kerongkongan, terutama otot sfingter esofagus bawah (LES). Ketika LES melemah atau tidak berfungsi dengan baik, asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan, memperburuk gejala GERD.
3.Perubahan Pola Makan dan Kebiasaan Hidup
Mahasiswa yang mengalami burnout cenderung mengabaikan pola makan yang sehat. Mereka lebih mungkin untuk makan secara tergesa-gesa, memilih makanan yang tidak sehat, atau bahkan melewatkan makan. Pola makan yang buruk ini, termasuk konsumsi makanan pedas, berlemak, atau berkarbonasi, dapat memperburuk gejala GERD.
4.Kurangnya Tidur
Burnout sering menyebabkan gangguan tidur, yang juga dapat berkontribusi pada gejala GERD. Tidur yang buruk dapat meningkatkan tekanan pada perut dan memperburuk refluks asam, terutama saat tidur terlentang.
5.Pengaruh pada Keseimbangan Mikrobiota Usus
Stres kronis dapat mengubah komposisi mikrobiota usus, yang pada gilirannya dapat memengaruhi sistem pencernaan. Gangguan mikrobiota usus ini dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh dan memperburuk kondisi seperti GERD.

Gejala GERD pada Mahasiswa yang Mengalami Burnout
Mahasiswa yang mengalami burnout dan GERD mungkin merasakan berbagai gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari mereka, antara lain:

•Nyeri dada atau sensasi terbakar di dada, terutama setelah makan atau saat berbaring.
•Regurgitasi makanan atau cairan asam yang naik ke tenggorokan.
•Kesulitan menelan atau sensasi benjolan di tenggorokan.
•Batuk kronis atau suara serak yang disertai dengan masalah tenggorokan.
•Kembung dan perut terasa penuh meskipun makan dalam porsi kecil.

Bagaimana Mengatasi Burnout dan GERD?
Mengelola burnout dan GERD membutuhkan pendekatan yang holistik. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1.Mengelola Stres
Teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, olahraga ringan, dan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi tingkat stres dan mencegah kelelahan emosional yang berlebihan.
2.Meningkatkan Pola Makan
Menghindari makanan yang memicu refluks asam seperti makanan pedas, berlemak, kafein, dan alkohol dapat membantu mengurangi gejala GERD. Mahasiswa juga disarankan untuk makan dengan porsi kecil dan lebih sering untuk mengurangi tekanan pada perut.
3.Menerapkan Rutinitas Tidur yang Baik
Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk mengurangi stres dan memperbaiki kesehatan pencernaan. Menjaga rutinitas tidur yang teratur dan menghindari makan berat sebelum tidur dapat membantu mengurangi gejala GERD.
4.Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Jika gejala burnout atau GERD mengganggu kualitas hidup, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Terapis atau konselor dapat membantu dalam mengelola stres, sementara dokter dapat memberikan perawatan medis untuk mengatasi GERD, seperti obat antasida atau penghambat pompa proton (PPI).

Kesimpulan

Burnout yang dialami oleh mahasiswa dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental mereka, salah satunya adalah memicu atau memperburuk gejala GERD. Mengelola stres dan menjaga pola hidup sehat sangat penting untuk mencegah timbulnya masalah pencernaan yang lebih serius. Dengan pendekatan yang tepat, mahasiswa dapat mengatasi burnout dan menjaga kesehatan pencernaannya, sehingga tetap dapat menjalani kehidupan akademik yang produktif tanpa mengorbankan kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun