Mohon tunggu...
lica
lica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Komunikasi Persuasif

18 September 2024   14:21 Diperbarui: 18 September 2024   14:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Komunikasi persuasif merupakan bentuk komunikasi yang tidak bisa dihindari. Jenis komunikasi ini bertujuan untuk melakukan ajakan kepada orang lain, sehingga orang lain yang menerima setidaknya memiliki pandangan baru setelah di persuasi. Komunikasi persuasif sendiri terbagi ke dalam 2 proses, yaitu proses rasional dan proses emosional. Proses rasional adalah ketika meyampaikan persuasif menggunakan logika atau pemikiran kita, sementara proses emosional ketika menyampaikan persuasif berdasarkan perasaan kita. 

Dalam video YouTube unggahan KOMPASTV dengan judul “Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi di Sidang Bersama DPD-DPR 2019”, menurut saya terdapat pesan komunikasi persuasif yang diucapkan oleh Bapak Jokowi. Sejauh dari apa yang saya tangkap setelah menonton video tersebut, Bapak Jokowi mengajak masyarakat Indonesia untuk melakukan lompatan kemajuan bangsa Indonesia. Proses rasional terlihat ketika Bapak Jokowi menjabarkan mengenai apa yang sedang terjadi di seluruh dunia, mulai dari adanya banyak pekerjaan yang hilang namun ada pekerjaan baru yang bermunculan, adanya pola bisnis baru yang mengagumkan, hingga adanya beberapa kemampuan paten individu yang justru kurang relevan di era globalisasi ini. Adanya arus informasi dan interaksi yang semakin mudah dan terbuka, justru dapat menjadi ancaman bagi kita, sehingga Bapak Jokowi menyampaikan bahwa, 


“…kita juga harus tanggap dan siap menghadapi perang cyber, menghadapi intoleransi, menghadapi radikalisme, menghadapi terorisme, serta menghadapi ancaman kejahatan-kejahatan lainnya. Baik dari dalam maupun dari luar negri yang  mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita.”

Proses rasional lainnya juga terlihat ketika Bapak Jokowi mengajak kita untuk meningkatkan perindustrian di Indonesia dalam kutipan berikut:

“Kita bangun industri pengelolaan bauksit, sehingga impor alumina tidak terlalu dilakukan. Kita bangun hilirisasi industri batu bara menjadi dni, sehingga kita bisa mengurangi impor jutaan ton lpg di setiap tahunnya. Kita bangun hilirisasi nikel menjadi feronikel, sehingga nilai tambah nikel kita akan meningkat empat kali lipat. Kita harus berani memulai dari sekarang.”

Selain itu, terdapat pula proses emosional yang dilakukan Bapak Jokowi ketika melakukan komunikasi persuasif. Mengutip dari apa yang dikatakan Bapak Jokowi dalam video tersebut,

“Dalam situasi dunia penuh persaingan, misi untuk ikut membangun tatanan dunia yang lebih baik tidak boleh kita abaikan. kontribusi pada perdamaian dunia harus kita lanjutkan. kontribusi pada kesejahteraan dunia harus kita tingkatkan. inisiatif kolaborasi dan kerjasama pembangunan dunia harus kita kembangkan. kemanusiaan harus tetap menjadi ruh, politik luar negri indonesia yang bebas aktif.” 

Dalam situasi dunia yang penuh dengan persaingan, Bapak Jokowi tetap mengajak kita, masyarakat Indonesia untuk tetap berkontribusi pada perdamaian dunia, berkontribusi pada kesejahteraan, dan menjadikan kemanusiaan sebagai ruh dalam diri kita. 

Selain itu, proses emosional Bapak Jokowi juga terlihat karena adanya keprihatinan dan rasa iba karena masih banyak pelaku usaha dan masyarakat yang justru dipersulit dengan berbagai regulasi kaku, sehingga Bapak Jokowi mengajak beberapa jajaran pemerintahan untuk melakukan perubahan, seperti yang dikatakannya,

“Saya mengajak kita semuanya, Pemerintah, DPR, DPD, MPR, juga Pemda dan DPRD, untuk melakukan langkah-langkah baru  Kita tidak boleh terjebak oada regulasi yang kaku, yang formalitas m, yang ruwet, yang rumit, yang basa-basi, yang justru menyibukkan dan meruwetkan masyarakat dan pelaku-pelaku usaha.” 

Komunikasi yang dilakukan Bapak Jokowi sudah cukup persuasif, karena adanya proses rasional dan emosional dapat membuat audiens dapat bermain dengan logika pemikiran mereka yang didukung dengan perasaan emosional. Penerapan kedua proses tersebut dapat setidaknya membuka pemikiran audiens mengenai apa yang sedang terjadi di dunia ini dan apa saja urgensinya. Melalui beberapa bukti yang penulis cantumkan dalam tulisan ini, semakin menguatkan opini penulis mengenai proses komunikasi persuasif yang dilakukan Bapak Jokowi dalam unggahan video tersbut. Komunikasi persuasif bukanlah komunikasi yang buruk selama kita tetap berfikir secara positif dan menjadikannya sebagai hal baik untuk kita pelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun