Skema 5-4-1 STY merupakan dua barikade sejajar, dengan lima pemain bertahan, yaitu Arhan, Hubner, Ridho, Ferrarri dan Fajar Fathurrahman/Rio Fahmi, yang membentengi kotak penalti dari bahaya. Sedangkan barikade di depannya adalah barisan gelandang layaknya sebuah benteng, yaitu Marselino Ferdinan, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-o-an, dan Witan Sulaiman, sementara Rafael Struick berada di garis tengah permainan.
Kelebihan strategi STY adalah, pemain yang dipilihnya benar-benar mengerti dan memahami filosofi permainannya, dan setiap pemain bisa bertukar posisi.
Satu bukti ketika Rizky Ridho membelah lapangan dengan bola, mengoper ke Marselino, lalu menerima bola kembali. Dengan sentuhan ringan, Ridho mengarahkan bola ke kotak penalti, dan Witan muncul menyambar dengan kaki kiri, gol! Contoh lain adalah saat Marselino dan Witan menjadi duet-striker yang bermain one-two dan mencetak gol ke gawang Yordania.
Tanpa Wing-Back
Lalu bagaimana gaya permainan timnas U23 Korsel di bawah asuhan pelatih Hwang Sun-Hong? STY dan Sun-Hong pernah bermain bareng membela timnas Korsel saat mengalahkan Indonesia 4-2 pada ajang Piala Asia 1996 di UEA, Desember 1996. Sun-Hong adalah striker dan saat itu mencetak dua gol, sedangkan STY bermain sebagai attacking-midfielder.
Dari tiga pertandingan yang telah dilakoni di Piala Asia U23, Hwang Sun-Hong dua kali menggunakan formasi 4-2-3-1, yaitu ketika menekuk UEA 1-0 dan menang atas China 2-0. Formasi ini memberikan jaminan stabilitas dan keseimbangan dalam menyerang dan bertahan, dan mencoba menguasai bola.
Namun ketika melawan Jepang, Sun-Hong menerapkan pola permainan tiga bek sejajar, yaitu formasi 3-4-3. Hanya saja, berbeda dengan pakem tiga bek sejajar STY, Hwang Sun-Hong justru tidak membutuhkan dukungan dua wing-back. Sun-Hong lebih memilih memasang double-pivot, menempatkan dua gelandang serang dan kreatif, serta menurunkan dua winger dan striker tunggal.
Formasi 3-4-3 / 3-4-2-1 dengan tiga bek sejajar tanpa wing-back itu sepertinya serupa dengan pakem Pep Guardiola di Manchester City. Formasi tiga bek sejajar ini sangat cair dan solid, sehingga sulit untuk ditembus, kecuali melalui serangan balik cepat.
Uniknya dari pakem 3-4-3 besutan Guardiola ini adalah ketika lawan sedang menekan, maka seorang gelandang bertahan akan mundur ke belakang, sehingga formasi sistem pertahanan tiga bek sejajar berubah menjadi empat pemain belakang, yaitu dua bek sejajar dengan dua full-back. Skema ini membuat stabilitas di lini tengah tidak terganggu.
Skema 3-4-3 yang dimainkan Hwang Sun-Hong saat melawan Jepang sangat mungkin dimaksudkan untuk bermain aman dan menghindari kebobolan. Dengan hasil imbang, Korsel akan menempati posisi juaara Grup B, dan terhindar dari pertemuan dengan tuan rumah Qatar.
Dengan skema 3-4-3 itu, pemain Korsel bermain aman dan hanya sesekali melakukan serangan cepat dengan dua winger mereka. Karenanya wajar apabila Jepang unggul jauh dalam penguasaan bola, 62 persen berbanding 38 persen. Demikian juga jumlah tendangan ke gawang, Jepang membukukan 14 kali berbanding enam, sedangkan tendangan sudut enam berbanding tiga.