Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Teguran Karena Mulai Jarang Menulis

26 April 2024   10:39 Diperbarui: 26 April 2024   11:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis mengikuti pameran buku( dokpri)

Saya akan membagikan pengalaman saya. Saya memang gemar menulis, walaupun sekarang tidak menulis setiap hari.

Dahulu saya selalu menulis setiap hari. Tidak ada hari yang bolong, selalu menulis. Bila menjelang tidur dan hari itu belum sempat menulis, ada perasaan yang sangat tidak enak. Tidak bisa tidur karena ada sesuatu yang kurang lengkap pada hari itu. Maka bila itu terjadi, saya harus rela mengundur tidur saya. Menulis dulu, apapun tema dan jenisnya. Yang penting menulis.

Dari kegiatan menulis rutin ini beberapa buku sudah saya buat. Buku memoar pengalaman ke tanah suci, 2 buku kumpulan cerpen, novelet  an beberapa buku antologi bersama siswa-siswa saya dan juga bersama para penulis dari berbagai daerah di Indonesia.

Saya dahulu juga rajin mengikuti lomba menulis. Alhamdulillah banyak mendapat kesempatan menang. Piagam pemenang lomba dan buku-buku saya bisa bermanfaat untuk banyak hal baik untuk karir pribadi maupun  kegiatan madrasah misalnya penilaian kepala madrasah, akreditasi dan lain sebagainya.

Buku Karya penulis (dokpri)
Buku Karya penulis (dokpri)

Berkat menulis saya bisa meningkatkan karir dengan mudah. Saya guru madrasah dibawah Kementerian Agama. Untuk mengusulkan kenaikan tingkat ke 4C, semua guru harus menurus lewat Kemendikbud. Dan itu tidak mudah, nyatanya banyak rekan-rekan guru yang belum berhasil lolos ke 4c.

Alhamdulillah saya berhasil dalam sekali pengajuan. Saya merasa kegiatan menulis saya, yang semula diremehkan oleh banyak teman, akhirnya berbuah manis. SK 4c pun sudah saya kantongi. Semua berkat kegiatan menulis.

Menang dalam lomba menulis (dokpri)
Menang dalam lomba menulis (dokpri)

Dukungan suami untuk kegiatan menulis sangat luar biasa. Beliau selalu mensuport apa saja yang saya ikuti. Diklat kepenulisan, proses mencetak buku dan lain-lain selama saya mampu melakukannya.

Kata 'mampu' bagi saya mungkin berbeda dengan orang lain. Bagi saya, mampu disini terkait kondisi yang saya alami.

Sejak tahun 2017, sebelum saya aktif menulis, saya terkena serangan penyakit CTS  atau Charpal Tunnel Syndrome pada kedua tangan saya. CTS adalah sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome, yang menimbulkan mati rasa kesemutan, nyeri, atau lemah di tangan dan pergelangan tangan. Rasanya kebas dan sakit, apalagi dimalam hari. Berbagai pengobata dan fisioterapi saya jalani. Nasehat dokter, saya harus menghindari pemakaian tangan yang berlebihan. Saya tidak boleh melakukan aktifitas dengan gerakan menggenggam yang terlalu kuat misalnya memeras, memarut, dan mengulek.  Maka kegiatan rumah tangga  banyak yang saya hindari supaya saya bisa sembuh.

Saya memilih aktifitas yang penting-penting saja sesuai skala prioritas.  Salah satunya saya sudah tidak naik motor lagi. Sebelum saya bisa menyetir mobil sendiri,  saya diantar jemput oleh suami atau pesan grab.

Kini saya naik mobil setiap hari ke sekolah. Saya katakan kepada teman-teman. Saya bawa mobil setiap hari dan tidak naik motor lagi, bukan karena saya gengsi. Mungkin banyak yang mengira saya gengsi atau gaya (Bahasa Jawanya ' kemenyek').  Tapi biarlah bila ada yang mengatakan seperti itu. Semoga ia tidak ketularan menderita CTS.

Salah satu hal yang tidak saya hindari adalah bermain labtob. Bagaimana jadinya bila saya berhenti labtopan? Kegiatan dimadrasah sebagai guru tentu tidak bisa lepas dari labtop. Selain itu hobi menulis dan menjadi guru penulis sudah melekat pada diri saya. Bahkan sebutan 'ratu literasi' sering dialamatkan pada saya. Tentu saya tidak mau juga berhenti menulis.

Dengan kondisi saya seperti ini, saya tidak bisa memaksakan tangan saya untuk terus menulis. Tetapi saya juga tidak bisa berhenti menulis. Saya harus menjaga tangan saya agar tidak lelah dan terforsir.

Ketika saya sudah mencapai golongan 4c dan terjadi perubahan sistem kenaikan pangkat, saya sedikit terpengaruh. Publikasi ilmiah (PI), karya ilmiah (KI) tidak diperlukan lagi.  Jujur, perubahan ini membuat saya agak kendor. Selain kondisi tangan saya yang tidak bisa bekerja serabutan seperti dahulu, semangat saya juga sedikit terkikis.

Saya menjadi jarang menulis. Bahkan saya sudah tidak aktif dibeberapa group dan forum kepenulisan yang pernah saya ikuti.

Keadaan ini ternyata diamati oleh suami saya. Dan suatu malam ketika kami makan bersama, suami menegur saya kenapa sekarang jarang menulis. Suami berharap saya kembali giat menulis. Seketika itu saya menjadi tertampar karena terlalu terlena dengan kemalasan dan alasan-alasan yang sebenarnya tidak perlu.

Tapi lucunya, suami saya belum mau ketika dari dulu saya ajak untuk ikut menulis. Jawabnya iya, nanti dulu. Sekarang masih sibuk mengerjakan ini, itu dan lain-lain. Intinya belum mau ikut menulis. Tapi kenapa tidak suka saya berhenti menulis? Hehehe.... Menurut saya tidak konsisten. Harusnya ikut nulis juga donk. Hehe.... Tapi saya senang dengan support suami. Beliau tidak protes beberapa pekerjaan rumah saya hindari karena kondisi tangan saya. Tapi beliau protes ketika saya jarang menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun