Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Beringin Setan" ala Budi Ros dalam Balutan Wayang "Inovatif" Tavip

23 Agustus 2018   21:15 Diperbarui: 24 Agustus 2018   15:02 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wayang Tavip memang belum begitu populer di kalangan masyarakat, berbeda ketika mendengar wayang golek atau wayang kulit. Namun, bagi sebagian pecinta wayang, kehadiran wayang ini telah menjadikan wacana tersendiri, karena menjadi inovasi yang berbeda seperti halnya wayang konvesional.

Melalui dukungan Djarum Foundation, BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif), Pusat Kesenian Jakarta-Dewan Kesenian Jakarta Komisi Teater, Bapak N. Riantiarno, Ibu Ratna Riantiarno, Bapak Handoyo, Bapak Butet Kertaradjasa, BLK (Balai Latihan Kesenian) Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, Rumah Kaldera Depok, Joglo Nusantara Wayang Tavip kembali digelar.

Secara berturut-turut, pementasan telah berlangsung  sejak 11 Agustus 2018 di Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan, Jl. Asem Baris Raya No. 100, Kebon Baru, Tebet. Kemudian pada 17 Agustus 2018, di Taman Kaldera (Markas Komunitas Wayang Potehi) Jl. Jatijajar No. 1, Kecamatan Tapos. Depok, Jawa Barat. 

Selanjutnya, 18 Agustus 2018, di Balai Latihan Kesenian Jakarta Timur, Jl. Haji Naman no. 17, Pondok Kelapa, Duren Sawit. Lalu, 19 Agustus 2018, di Joglo Nusantara Setu Pengasinan, Jl. Utomo No. 41, Pengasinan, Sawangan Depok, Jawa Barat. 

Ditutup pagelaran pamungkas pada 22 Agustus 2018, di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat., Jl. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat.

Budi Ros dan Beringin Setan

dokpri
dokpri
Di tengah ingar-bingar pergelaran Asian Games episode ke 18 tahun 2018 di Indonesia, ada hiburan segar di Jabodetabek. Dia adalah lakon "Beringin Setan" naskah/sutradara Budi Ros, dengan bungkus pementasan Wayang Tavip. 

Budi Ros pun sekaligus berlaku sebagai aktor utama memerankan Sang Dalang. Pementasan menjadi semakin bergigi, karena Budi Ros sekaligus berduet dengan putri tunggalnya Sekar Dewantari di atas panggung.

Budi Ros yang bermukim di Puri Anggrek Mas, Jalan Anggrek VI C Blok E1 No.2 Pancoran Mas Depok, adalah aktor senior Teater Koma Angkatan V (1984-1988), satu angkatan dengan Tuti Indra Malaon, Tarida Gloria, Robby Tumewu, Subarkah Hadisardjana, dll.

Budi Ros yang pernah menjuarai lomba penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta, adalah aktor handal yang senantiasa memerankan tokoh sentral di Teater Koma. Peranan menjadi dalang dalam setiap lakon pergelaran Teater Koma pun menjadi santapannya. Karenanya Budi Ros pernah berucap dan bersyukur karena dijebloskan oleh Sang Suhu N. Riantiarno menjadi dalang. 

Ibarat asam di gunung, garam di lautan, maka ketika hadir Wayang Tavip menjadi wadah yang sangat tepat bagi Budi Ros untuk mengekspolrasikan diri menjadi dalang sebenarnya, yaitu menjadi Ki Dalang Budi Ros dalam balutan Wayang Tavip.

Lakon Beringin Setan yang ditulis Budi Ros, berkisah tentang desa bernama Kutowaringin, namun lebih dikenal luas sebagai Kampung Beringin. Gara-garanya, di gerbang desa itu tumbuh pohon beringin yang sangat indah, besar dan rindang. Atas kenyataan itu, Pak Kades kurang senang. Terlebih lagi, ketika setan penghuni pohon beringin itu merasuki Agnes Winarni, putri Pak Kades.

Atas nasihat seorang Dukun, Pak Kades mengambil tindakan cepat. Menebang pohon beringin. Mengingat manfaat pohon tua itu, warga sangat kecewa, tapi apa daya. Beberapa hari setelah itu, desa tenang seperti biasa. 

Niat Pak Kades mengusir setan dengan menebang bohon beringin agaknya tercapai. Ternyata tidak. Dua minggu kemudian, terjadi kesurupan masal. Para setan kembali dan marah. Kampung Beringin pun geger.

Dukun didampingi Pak Kades sibuk keliling desa dan dengan susah payah membebaskan warga yang kesurupan. Upacara persembahan sesaji juga digelar. Semua berharap, setan melunak dan tidak mengganggu. Tapi setan tetap menuntut supaya pohon beringin dikembalikan ke tempat semula. Hal yang jelas tidak mungkin. 

Negosiasi berjalan alot. Kesepakatan akhirnya tercapai. Setan tidak akan mengganggu, asalkan pohon beringin baru harus ditanam di depan rumah setiap warga. Dengan berat hati, warga mengalah.

Tapi dalam hati terus bertanya-tanya: Apakah janji setan bisa dipegang? Siapakah sesungguhnya penguasa Kampung Beringin, Pak Kades? Pak Dukun? Atau Setan?

Didukung sepenuhnya oleh Muhamad Tavip, dibantu asisten dalang Sir Ilham Jambak, Yesa Andika, Tony G. Achmad, juga Logo Situmorang yang sekaligus menata grafis bersama Sekar Dewantari, rangkaian pertunjukkan Beringin Setan yang seharusnya angker, justru menjadi sebaliknya, mengocok perut penonton. Budi tidak melawak, namun naskah dan cara budi memerankan tokoh dalang, menjadi daya pikat tersendiri, layaknya Budi melakonkan peran di Teater Koma.

N. Riantiarno dan Wayang Tavip

Wayang Tavip merupakan kreasi Muhammad Tavip, dosen Jurusan Teater STSI Bandung. Sebelumnya, disebut Wayang Motekar. Nama Tavip adalah pemberian dari Norbertus Riantiarno, pendiri Teater Koma. 

Nama ini juga diambil dari istilah Vivere Pericoloso yang artinya Hidup Secara Berbahaya menurut ungkapan dalam bahasa Italia. Pada 17 Agustus 1964, Presiden pertama RI Sukarno atau Bung Karno pernah berpidato sekaligus menamakan tahun tersebut sebagai Tahun Vivere Pericoloso yang disingkat menjadi Tavip.

Sebelum mementaskan wayang ini, Tavip bersama komunitasnya sering berlatih di rumah yang berlokasi di daerah Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Dia dibantu para pemuda Karang Taruna setempat. Awalnya Sang penggagas Muhammad Tavip membuat gambar motekar. 

Pada 1993, Tavip bersama rekannya Herry Dim mementaskan motekar untuk menghibur anak-anak di Bandung. Awalnya Tavip memakai OHP. Tavip kemudian menemukan ide ketika lampu di rumahnya padam. 

Sorotan lampu senter yang dipakai untuk menerangi kegelapan rupanya memberikan efek pantulan bayangan yang lebih baik ketimbang OHP. Pria kelahiran 27 Oktober 1964 ini tak menampik jika pertunjukan wayang dianggap kuno. Bahkan, yang sering terbayangkan wayang sebagai suatu pertunjukan yang jalan ceritanya sulit dimengerti.

Wayang Tavippun  sangat fleksibel dengan cerita yang dimainkan. Tidak melulu kisah Ramayana atau Mahabharata. Cerita yang disuguhkan kepada penonton, berdasarkan kekinian dengan peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Bebas tergantung pesanan. 

Dalam sejumlah penampilan, Tavip pernah menampilkan cerita-cerita yang berkembang di masyarakat mulai dari Si Pitung, Jacky dan Jeni hingga Sie Jin Kwie. Hal itulah yang membuat anak-anak menggemari wayang ini. 

Di sela kesibukannya mengajar di ISBI Bandung, Tavip tetap mempertunjukkan wayangnya. Kepada mahasiswa maupun anak-anak Karang Taruna, dia berharap seni pertunjukan Wayang Tavip dapat dilanjutkan.

Wayang Tavip bukanlah wayang kulit tradisional. Jika wayang kulit hanya tampak berwarna ketika di depan layar, Wayang Tavip tampil berwarna baik di depan layar ataupun di balik layar. 

Saat dimainkan di Teater Koma, Wayang Tavip dimainkan dengan berbagai gaya. Budi Ros, sang dalang, membawakan pertunjukan dengan gaya jemblungan, yang berarti musik atau gamelan dimainkan oleh mulut. 

Gaya jemblungan ini pernah hidup dan populer dalam masyarakat Banyumas, Jawa Tengah. Sebagai wayang kreasi baru, Wayang Tavip tepat menjadi sarana hiburan yang menarik bagi para penikmat seni.

Melalui perkawinan pertunjukkan dengan Teater Koma sejak tahun 2010, hingga kini menampilkan Beringin Setan dengan Budi Ros, Wayang Tavip, yang lahir dari rahim modernitas, ini menghadirkan pementasan yang sangat kental dengan bahasa visual. Permainan tata cahaya menjadi sangat penting karena memberikan dampak psikologis kepada para penontonnya.

Wayang Tapiv tak perlu pakem yang ketat dalam pementasannya, karena isi cerita atau lakon mengalir sesuai dengan tema terkini. Tavip yang juga pengajar di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini, berani menjadikan 'Wayang Tavip' untuk menyelesaikan pendidikan karena dorongan beberapa teman seniman, terutama setelah dirinya terlibat dalam garapan Teater Koma. Imbas dari keterlibatan garapan tersebut membuat Wayang Tavip dikenali masyarakat kesenian di Indonesia. 

Tidak mengherankan apabila saat ini di beberapa daerah di Indonesia bermunculan sanggar yang menggunakan Wayang Tavip. Beberapa dalang juga menggunakan Wayang Tavip sebagai bagian dari pementasan wayangnya. Begitupula sekolah yang telah menjadikan Wayang Tavip sebagai ekstrakulikuler dan penelitian para mahasiswa. Sebuah perjuangan yang tidak sia-sia.

Perjuangan mengangkat Wayang Tavip sebagai alternatif kesenian sempat membuatnya pula beberapa kali terbang ke beberapa negara Asia dan Eropa. Namun bagi Tavip sendiri mementaskan Wayang Tavip di luar negeri bukan cita-cita yang ingin diraihnya. Hal terpenting baginya adalah mampu mengembalikan kebanggaan dan rasa cinta anak-anak dan dewasa terhadap wayang yang semakin tenggelam digerus peradaban.

Bergabungnya Wayang Tavip dengan pertunjukkan Teater Koma, sejatinya menjadikan wadah yang sangat tepat bagi Wayang Tavip menjadi lekas populer di Indonesia, mengingat Teater Koma, menjadi satu di antara teater yang memiliki publik terbesar di Indonesia. 

Ibaratnya bila dalam olah raga, sepak bola penggemarnya adalah terbanyak di antara olah raga lain. Teater Koma adalah sepak bolanya dalam kesenian. Karenanya, perkembangan dan pengenalan Wayang Tavip melalui media Teater Koma sangat tepat.

Beringin Setan Live di HUT TVRI

Melalui Wayang Tavip, naskah Beringin Setan yang seharusnya menjadi kisah horor dan menakutkan layaknya film-film horor nasional, di tangan Budi Ros menjadi pertunjukkan yang segar dan sangat menghibur.

Bisa jadi ada penonton yang mengaitkan Beringin Setan dengan suasana politik atau yang lainnya, namun Bagi Budi, naskah Beringin Setan hanyalah kisah sederhana yang secara nyata masih terjadi di beberapa daerah Indonesia. Percaya ada setan, dan sebagainya.

Saat pertunjukkan di Teater Kecil, hampir sepanjang pertunjukkan berlangsung, penonton terpingkal baik oleh alur cerita maupun tingkap polah Budi Ros saat mendalang. 

Setali tiga uang, putri Budi Ros, Sekar pun tampil dengan sangat enerjik. Sekilas melihat Via Vallen seperti saat Pembukaan Asian Games. Namun, Sekar lebih memukau dengan lagu dangdut kekiniannya.

dokpri
dokpri
Semoga Wayang Tavip dan Budi Ros terus berkolaborasi, mengembangkan kesenian wayang alternatif yang penuh kekinian dan asli cipta karya anak bangsa sendiri, Indonesia.

Bagi Anda yang belum pernah melihat pertunjukkan Wayang Tavip, silakan melihat pertunjukkan Beringin Setan langsung ke Balai Sarbini Jakarta atau live  di TVRI dalam acara Hari Ulang Tahun TVRI,  24 Agustus 2018.

Selalu berjuang Wayang Tavip, sukses Ki Dalang Budi Ros. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun