Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Kurikulum yang Sesuai dan Menyesuaikan Zaman

28 Maret 2024   19:16 Diperbarui: 28 Maret 2024   20:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Ada penilaian (asesmen) pada awal, proses, dan akhir pembelajaran untuk memahami kebutuhan belajar dan perkembangan proses belajar yang sudah dijalani siswa
Memahami kebutuhan dan posisi siswa untuk melakukan penyesuaian pembelajaran.

Memprioritaskan terjadinya kemajuan belajar siswa ketimbang cakupan dan ketuntasan muatan kurikulum.

Mengacu pada refleksi atas kemajuan belajar siswa; refleksi dilakukan lewat kolaborasi bersama guru lain.

Dianggap belum layak

Kurikulum Merdeka sah sebagai Kurikulum Nasional. Apakah pemberlakuan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Nasional, layak?

Berbagai pihak, para pengamat, praktisi pendidikan, akademisi, hingga menjadi pelaku utama yang harus menjalankan Kurikulum Merdeka, sejatinya sudah "teriak" menyoal Kurikulum ini, yang dilansir di berbagai media dan di ruang-ruang publik.

Maksud "teriak"-nya adalah, banyak hal yang membuat Kurikulum Merdeka belum layak dijadikan Kurikulum yang berlaku secara nasional alias menjadi Kurikulum Nasional.

Satu di antara pihak yang menyebut Kurikulum Merdeka belum layak, saya kutip dari Kompas.com Rabu (27/3/2024) adalah Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik).

Bijak menilai Kurikulum Merdeka belum layak menjadi kurikulum nasional karena harus dievaluasi secara total dan menyeluruh. Direktur Eksekutif Bajik, Dhitta Puti Sarasvati menilai, Kurikulum Merdeka masih compang camping dan banyak kelemahan yang harus diperbaiki.

Puti mengungkapkan bahwa:
"Kurikulum Merdeka belum layak menjadi Kurikulum Resmi Nasional. Hal yang paling esensial yang harusnya ada dalam kurikulum resmi malah belum ada yakni kerangka kurikulumnya," ungkapnya, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (27/2/2024).

Puti menambahkan, kurikulum resmi nasional apapun, harus berdasarkan filosofi pendidikan dan kerangka konseptual yang jelas serta tertuang di dalam naskah akademik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun