Sebenarnya saya juga punya langganan bakpao di dekat terminal wonogiri kalau pulang ke rumah dari arah Solo. Biasanya bus berhenti lama di sana. Ada pedagang bakpao yang menjajakan bakpaonya di bus.
Bakpaonya beraneka rasa dan masih hangat, bahkan sampai di rumah pun juga masih hangat. 5000 dapat 3, biasanya saya beli 10000. Selain masih hangat, juga empuk dan porsinya lumayan besar.
Jika bus antarkota Solo-Wonogiri datang, biasanya penjual tersebut langsung lari ke bus, bahkan sering saya lihat rela meninggalkan pembelinya yang ada di luar bus demi tidak ketinggalan mendapatkan rejeki para penumpang bus.
Tapi sayang, entah sejak kapan penjual bakpao tersebut tidak pernah lagi ada di sana. Mungkin sudah berganti pekerjaan, atau berganti tempat. Entahlah.
Biasanya suasana warung-warung di terminal juga tidak ramai pembeli. Paling hanya sekitar 1-3 orang pembeli. Dan penjual biasanya sudah menunggu kita di depan tokonya dengan meminta kita mampir. "Monggo-monggo mbak mampir dulu, soto, es teh......" Dan mereka akan sangat bersemangat ketika kita mampir, atau sekedar melihat menu makanan yang dipajang di dinding.Â
Saya kira persaingan penjual di terminal tersebut juga sangat ketat. Ketika kita melewati mereka, bahkan sampai pada tahap memilih menu, masakan yang disediakan dari satu warung ke warung berikutnya sama. Mungkin rasanya saja yang berbeda.
Sesampai di rumah, waktu mau di makan ternyata intip tersebut sudah tidak enak, mungkin karena terlalu lama, saya pun di marahi ibu saya. Intipnya ke nenek saya akhirnya diberikan ke ayam.
Semenjak itu, saya tidak mau lagi beli oleh-oleh dari terminal.
Itulah pengalaman saya jajan dalam perjalanan.