Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jajan dalam Perjalanan, dari Bus hingga Terminal

4 November 2020   20:50 Diperbarui: 5 November 2020   14:28 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jajan dalam perjalanan. Sumber: infopublik.id.

Dia juga menyediakan kantong untuk para pembeli. Harga bakpianya Rp 5 ribu. Saya pun ikut-ikutan beli, saya sudah lupa bagaimana menggambarkan rasa bakpia itu. Kalau tidak salah ya memang enak.

Tapi yang menarik menurut saya sebenarnya bukan pada rasa bakpia itu, karena sebagai pembeli, tentu saja saat itu kita tidak tahu rasanya sebelum membeli. Cara penjual tersebut menawarkan dagangannya. Ia sangat bersemangat sekali, bahkan terlihat optimis bahwa dagangannya akan laku. Dan benar saja saat itu dagangannya cukup banyak yang berminat.

Padahal biasanya pedagang asongan itu jarang ada yang beli, kalaupun ada mungkin hanya sekitar 1-3 orang di dalam bus. Kadang juga mereka kurang bersemangat menawarkan, bahkan ada beberapa yang hanya diam saja, tidak bicara apa-apa, hanya lewat sambil membawa dagangannya. Ya mungkin mereka sudah lelah.

Bagaimanapun juga, para pedagang asongan tersebut berjuang keras untuk menjajakan dagangannya demi pulang bisa membawa uang. Dengan kondisinya yang mana dagangan kadang laku, kadang tidak, maka wajar saja jika harganya 2x lipat dari harga aslinya.

Belum lagi ditambah letihnya mereka harus naik turun bus, dari bus satu ke bus lain, lalu masih harus mengejar bus demi mendapatkan pembeli, bahkan kadang ada kernet yang tidak membukakan pintu, tapi mereka tetap memaksa untuk naik.

Para penumpang juga beragam, ada yang suka rela untuk beli, ada yang memang sedang butuh, ada yang gengsi, ada juga yang acuh. Suatu ketika saya bertemu dengan penumpang yang sangat baik hati.

Setiap ada pedagang asongan, dia selalu membeli dagangan pedagang tersebut. Dari permen, tahu, kripik, dan minuman. Kebetulan penumpang tersebut duduknya sebelahan dengan saya. Bahkan dia pun sempat menawari saya untuk mengambil jajanannya tersebut.

Saat itu saya hanya mengambil permennya saja. Entah memang karena sedang lapar, atau benar-benar butuh, atau kasihan, tapi menurut saya kakak yang duduk di sebelah saya tersebut memang baik hati.

Saya pernah berpikir, mungkin jika ada pekerjaan lain, pedagang asongan tersebut lebih memilih pekerjaan lain daripada harus lari-lari demi mendapatkan pembeli.

Uniknya, dari pengalaman saya, belum pernah saya melihat pedagang asongan yang memaksa pembeli untuk membeli dagangannya. Ketika kita bilang, "tidak beli pak." maka dengan sadar diri mereka langsung pergi. Saya juga belum pernah memiliki pengalaman ada copet atau jambret di dalam bus yang menyamar sebagai pedagang asongan. Kalaupun ada, biasanya saya hanya mendengar dari berita.

Tapi kalau pengalaman mendapatkan buah busuk, ini saya dapatkan dari budhe saya yang beli buah di pedangan asongan. Makanya saya tidak tertarik untuk membeli buah melalui pedagang asongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun