Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rusman: Wayang, Pergulatan Setyaki dan Burisrawa (1)

7 Maret 2019   07:42 Diperbarui: 19 Maret 2019   16:41 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari sedang bersinar dengan teriknya ketika di alun-alun kerajaan Astina nampak terparkir sebuah kereta yang indah. 

Di dalamnya seorang lelaki kelihatan duduk dengan santainya sambil tiduran.

Matanya yang sedikit terpejam seolah menikmati semilirnya angin di bawah pohon cemara yang banyak berjajar di tepi alun-alun Astina ini.

Dialah Raden Setyaki, seorang ksatriya utama yang kini sedang bertugas mengantar Wong Agung Dawarawati menjadi Duta para Pandawa.

Dan sekarang saat Prabu Kresna sedang berembug di dalam dengan para petinggi Astina, maka saatnyalah Setyaki berusaha untuk bisa beristirahat di dalam kereta.

Tiba-tiba tanpa diketahui sebelumnya, suara kentongan terdengar riuh ditabuh seseorang di samping kereta.

Tentu saja Setyaki yang sedang tiduran di dalam kereta itupun menjadi kaget. Setengah gelalapan ia berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Bukan main kagetnya saat nampak olehnya seorang lelaki berambut panjang dan berkumis sangat tebal tertawa-tawa riang di samping keteta.

"Hua.. ha..ha..! Kau terkejut anak manis. Aku, ini aku Burisrawa adik ipar raja Astina yang datang."

"Ma'af, kau mengagetkan aku kakang Burisrawa."

"Ya. Mengemban perintah paman Patih Sengkuni, kau tidak boleh parkir di sini hai anak tak tahu diri."

"Oh, ma'af kakang aku memang tak tahu. Tapi aku sedang menunggu kakang Prabu Kresna yang sedang bertamu pada Raja Astinya."

"Aku tidak perduli, mau Kresna mau dewa sekalipun. Di sini paman Sengkuni yang berkuasa. Kau harus manut."

Terhenyak hati Setyaki mendengar ocehan yang tak sopan itu. Aku adalah tamu yang seharusnya tidak diperlakukan kasar seperti ini. Apalagi aku sedang mendampingi ratu gustiku yang sedang menjalankan tugasnya. 

Dengan muka sedikit merah ia lantas bertanya.

"Kalau begitu baiklah. Aku harus menunggu dimana kakang?"

"Kau tidak boleh ada di tempat ini. Tapi jangan juga kau lari ke tempat lain, anak kerempeng, "kata Burisrawa, "Pendek kata, kau harus mati di tangan kami hari ini satriya kunting, hua..haha..."

***

Bersambung ke tautan berikut:

https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5c80ac3e12ae94729522b1e7/setyaki-dan-burisrawa-2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun