Sinyal-sinyal kewisnuannya seperti membisikkan tentang beratnya perjuangan para satriya utama Pandhawa.
Buru-buru lelaki pilihan ini segera mencari tempat yang agak teduh dan dengan naluri linuwihnya Sri Kresna memejamkan mata terhubung dengan Sang Pencipta.
Ternyata benar, Kurawa telah menabuh genderang perang lagi. Kali ini mereka mengangkat seorang senopati baru yang maha sakti, ialah Prabu Salya, raja Mandaraka yang tak lain adalah mertua Sang Duryudana sendiri.
Sebagaimana diketahui bahwa Salya muda yang saat itu bernama Raden Narasoma telah mewarisi aji candrabirawa dari mertuanya mendiang begawan Bagaspati.
Begitulah, hari itu mataharipun sudah agak condong ke barat.Â
Di padang kurusetra sang Arjuna dan Wrekudara sudah hampir berputus asa, melayani daya kesaktian Aji Candrabirawa yang digelar oleh sang Salyapati.Â
Sudah hampir seratus kali rasanya buta-buta bajang itu jatuh terkapar, namun sesaat itu juga justru jumlah mereka semakin berlipat.Â
Maka setangguh apapun kedua satriya itu dalam berperang akhirnya tenaganya kian susut pula.
Bersambung ke link: