Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Merawat "Anak Perdamaian" dari Papua

20 Agustus 2019   11:55 Diperbarui: 21 Agustus 2019   17:53 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Anak Perdamaian". Disalin dari : vancechristie.com

Musuh akan menerima anak itu dan memeliharanya. Selama anak itu hidup, perdamaian di antara kedua suku terpelihara.

Analogi "Anak Perdamaian" ini kemudian dipakai Don untuk menunjukkan kepada Suku Sawi bahwa Allah adalah Bapa yang bersedia menyerahkan Putra-Nya yang kekal untuk memperdamaikan umat manusia dengan Dia.

Ambillah Anak Papua sebagai Anakmu
Bagaimana caranya agar iktikad permohonan maaf kita dipercaya oleh saudara-saudara kita di Papua? Rekonsiliasi bukanlah jargon yang tidak bertubuh. Anak-anak Papua itu sendiri adalah wujudnya.

Ambillah anak-anak Papua itu sebagai anak kita sendiri. Kepala-kepala suku di sana telah memercayakannya untuk kita pelihara. Jagalah mereka, beri mereka makan. Tanyakan bagaimana perkembangan studi mereka. Bantulah jika mereka kekurangan dana. Tidakkah kita juga senang bila anak-anak kita yang studi merantau di luar pulau, ada yang memperhatikan mereka?

Perlakukanlah anak-anak Papua itu seolah-olah mereka lahir di rumahmu sendiri. Jika mereka nakal, tegurlah dengan kasih. Tetapi jika engkau yang bersalah, mengapa tidak meminta maaf? 

Tanggalkanlah ego sektoral itu.

Masyarakat Papua mencintai perdamaian. Dalam kekerasan wajah dan postur mereka tersimpan kebajikan-kebajikan yang memimpin kehidupan. Masalahnya bukan pada mereka, tetapi pada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun