Betapa pun kegiatan ini memiliki manfaat, terutama, bagi siswa. Pertama, mereka mengenal lebih dekat dengan orang nomor satu di daerahnya. Yang, mungkin selama ini dibayangkan betapa sulitnya dapat berjumpa.
Ini sekaligus menunjukkan terhadap mereka bahwa pejabat tak berjarak dengan mereka. Pejabat dapat  menyatu dengan masyarakat, bahkan dengan anak-anak.
Pun ini artinya, mereka dipandang penting dan berharga di mata pemerintah atau pejabat. Dengan begitu, emosi yang terbangun dalam diri siswa adalah emosi kesukacitaan, kebahagiaan, dan kegairahan sebagai generasi penerus.
Hal ini membuka ruang bagi siswa untuk memiliki sikap berani, optimis, terbuka, dan menghapus gambaran bahwa bupati atau pejabat sosok yang ditakuti.
Kehadiran pemerintah atau pejabat  di tengah-tengah siswa memberi energi positif bagi siswa. Saya melihatnya sendiri sikap positif siswa. Mereka tiba di sekolah lebih pagi. Mereka dalam persiapan upacara relatif cepat. Mereka mengikuti upacara dengan khidmat.
Bahkan, selama upacara berlangsung tak ada siswa yang  sampai jatuh gegara tak kuat. Ada satu siswa yang dengan sadar undur dari barisan, tak sampai dipapah temannya. Hanya, saat upacara usai ada satu siswa yang pingsan dan harus ditandu.
Kami harus mengakuinya bahwa kelangsungan upacara ini berbeda dengan kelangsungan upacara-upacara sebelumnya. Sekalipun tetap khidmat. Tapi, tingkat kekhidmatannya sedikit berbeda.
Dan, saya rasa ini wajar. Sebab, siswa berada dalam situasi dan kondisi sungguh berharap sosok yang akan hadir di hadapannya. Yaitu, orang baru. Pejabat nomor satu di daerahnya lagi.
Itulah yang saya sebut bahwa kehadiran pemerintah atau pejabat di tengah-tengah siswa memberi energi positif terhadap siswa.
Kedua, motivasi yang disampaikan melalui amanat pun sangat berguna bagi siswa. Â Dalam amanatnya, Hasan Chabibie menyampaikan bahwa ada tiga sikap yang harus dimiliki orang agar menjadi sukses. Yaitu, taat kepada orangtua, taat kepada guru, dan beradaptasi terhadap perubahan.