K-nival 2020 via daring, hemm. Sepertinya aku bakal tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang (mungkin) juga tidak kalah seru dengan K-nival versi tatap muka. Soalnya, sinyal di sini lagi cenat-cenut.
Bahkan, 2 artikel terbaruku di Kompasiana baru bisa kutayangkan setelah hampir 2 jam menatap layar laptop. Padahal provider yang kupakai berlabel premium, tapi memang, keadaannya bercerita lain.
Dibandingkan dengan blog pribadiku, platform wadah kita bersama yang bernama Kompasiana cukup berat untuk dibuka.
Jadi, walaupun bandwith-nya lemah sekalipun, tetap saja yang muncul di layar laptop dan HP-ku hanyalah gambar robot dengan kepala bertuliskan no internet. Ya, begitulah. Aku tidak kaget menatap tulisan itu. Aku baru kaget kalau di layar laptop ada tulisan "no jomlo". Eh!
Sepertinya tulisan pengantarku ini kepanjangan, ya? Moonmaaf, deh. Sesekali cerita banyak, enggak ada yang marah, kan?
Sebenarnya Aku Ingin Bertemu dengan Dia...
Seperti yang telah kukatakan di awal tulisan sederhana ini, aku sebenarnya sudah berniat akan datang, juga menabung agar bisa hadir secara nyata di acara Kompasianival 2020. Tapi, gara-gara pandemi, jalan virtual pun ditempuh.
Di sisi lain, aku bersyukur juga, sih. Karena kalaupun dipaksa mau tatap muka, akan berbahaya untuk keselamatan teman-teman Kners tercinta. Juga, tabunganku sudah mengernyut, gara-gara jajan mi ayam plus bakso. Lha, mau ke Jakarta, kan corona!
Andaikan, ya. Andaikan Kompasianival 2020 tetap digelar secar luring, sebenarnya aku ingin bertatap muka dan mendengar cerita beberapa Kompasianers keren berikut ini. Mengapa kok hanya mendengar cerita? Soalnya, aku orangnya pendiam!
Pertama, Bang Reba Lobeh
Iya, Bang Reba ini sudah ganti nama jadi Guido Reba. Entah berapa kali sang petani cengkeh sekaligus tukang mancing di laut biru Labuan Bajo ini berganti nama. Beruntung dia belum pakai namaku. Kalo terpakai sekali saja, bisa gaswat!