Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

5 Alasan untuk Menolak Ajakan Buka Bersama

19 Mei 2018   12:23 Diperbarui: 19 Mei 2018   21:06 5261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang namanya buka bersama zaman now, biasanya dilakukan di restoran atau tempat makan di pusat perbelanjaan, bukan? Udah jarang yang ngadain buka puasanya di satu rumah.

Jika makan di luar, minimal banget, untuk menuju ke sana kita butuh biaya transportasi walaupun punya kendaraan sendiri ya minimal kudu keluar uang untuk beli bensin. Belum lagi jika ada biaya parkir yang progresif. Kadang biaya parkirnya aja udah bisa buat beli nasi padang sebungkus hehe.

Lalu, kita harus kembali mengeluarkan uang untuk membayar makanan. Padahal, di saat yang bersamaan, orang tua di rumah sudah mengeluarkan uang untuk berbelanja di pasar demi menyiapkan makanan di rumah. Jangan lupa, ada sosok ibu sudah capek memasak untuk kita sehingga makanan yang sudah dipersiapkan untuk sekian orang jadinya mubazir.

Sekali lagi, kalau sesekali buka puasa di luar ya silakan saja. Tapi jika lebih banyak di luar ketimbang makan di rumah, ya kasihan sama orang tua. Lagian, makan bersama keluarga itu hitungannya jauh lebih hemat, loh.

Katakanlah saya pelit. Namun, saya tidak habis pikir dengan restoran yang mematok harga sedemikian mahal hanya untuk sekadar minuman serupa es teh atau es jeruk. Belum lagi makanannya.

Sesekali makan di luar kayak gini sih boleh saja. Foto milik pribadi.
Sesekali makan di luar kayak gini sih boleh saja. Foto milik pribadi.
Biaya "sosial" zaman sekarang sedemikian tinggi. Sungguh. Apalagi juga sudah mengarah ke gengsi. Saya masih kok sesekali makan di luar, yang beli es jeruk saja bisa 20 ribu atau mie goreng jadi 40 ribu misalnya. Tapi itu sangat jarang. Jikapun makan di luar, saya lebih memilih ke restoran sederhana namun bisa dinikmati ramai-ramai bersama seluruh lapisan pertemanan dan keluarga.

4. Buka bersama di luar itu ribet. Mau tarawih di mana, coba?

Saya jadi ingat, dulu saat buka bersama teman kuliah, kami tiba di restoran jam 17:30. Masih ada waktu setengah jam sebelum berbuka puasa. Namun, karena pengunjung yang membludak, makanan kami baru tiba pukul 8 malam! Hari gini, mau buka puasa bersama mesti pesan tempat jauh-jauh hari. Itupun tidak menjamin makanan dapat dihidangkan tepat waktu.

Jika akhir pekan, lebih susah lagi. Kadang restoran pada penuh dan jadi PR banget untuk menuju lokasi buka bersama karena jalanan macet, nyari parkir susah, dsb. Dan, yang jadi concern saya selanjutnya adalah keterbatasan tempat ibadah atau bahkan tidak ada sama sekali (ya, kayak kami yang makan di warung tenda di sekitaran Jalan Kampus Palembang yang makanannya telat datang itu).

Lalu gimana dengan target shalat tarawih berjamaah yang sudah saya canangkan? Mau gak mau harus dilewati. Terlewat juga kesempatan mencicil baca Alquran karena saya biasanya ngaji di masjid sembari menunggu waktu Isya. Ya mau gimana, kalau makan di luar, lha wong makanannya aja telat datang. Jika tetap mau pulang ke rumah sehabis berbuka, juga butuh waktu khusus. Jika tempat kumpulnya jauh bisa-bisa sampai masjid sudah jalan proses shalat tarawihnya.

5. Waktu istirahat jadi berkurang

Namanya juga jalan sama temen, kan. Sehabis buka puasa biasanya nggak langsung pulang. Ada aja gitu yang ngajak jalan dulu. Ibaratnya nih "cuci mata" sekalian. Apalagi kalau makannya di area pusat perbelanjaan. Dengan alasan, "Udah lama gak ketemu, mumpung kumpul" juga kadang secara mendadak ada agenda tambahan. Ngopi-ngopi dululah di cafe, atau pernah tuh ada yang ngajak karaokean. Oalah.

Coba kalau buka puasa di rumah. Begitu buka puasa selesai, bisa langsung bersiap ke masjid. Bisa ngaji dulu sambil nunggu waktu Isya tiba. Shalat tarawih juga paling lama 1 jam (kalau 11 rakaat), sampai rumah masih bisa leyeh-leyeh kumpul dengan keluarga. Begitu capek langsung masuk kamar dan tidur demi mempersiapkan diri sahur keesokan harinya. Nikmat bukan?

Tarawihan di masjid jauh lebih nikmat. Foto milik pribadi.
Tarawihan di masjid jauh lebih nikmat. Foto milik pribadi.
* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun