Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Bukan Bagai Wayang

12 September 2018   10:58 Diperbarui: 13 September 2018   12:05 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: belindomag.nl

"Pembayun, memang langkah zuhud itu dapat dilakukan oleh orang orang kaya, orang pandai, petinggi kayak pamanmu Pangeran Dipo ini. 

Kembali kepada pertanyaanmu tentang tidak adanya daya upaya selain kekuatan Allah itu benar sekali. Di situlah sebetulnya manusia diuji. Apakah manusia berproses menuju kepada ketentuan Illahi Robbi atau justru ke luar dari koridor perintah dan justru melakukan larangan. Manusia akan diminta pertanggungjawabnya terhadap proses yang dialaminya, bukan kepada berhasil tidaknya manusia berusaha. 

Jadi salah besar, kalau ada orang yang berhasil menang, karena itu lalu beranggapan mendapat ridhlo Allah. Lalu setelah menang, kemudian boleh berbuat semaunya saja. Orang orang yang berhasil, harus tetap mengingat Allah. Karena kalau tidak, nantinya akan ada pembalasan. Tidak di dunia, bisa di hari kemudian. Namun orang boleh berusaha supaya dipilih menjadi memimpi. Yang justru tidak boleh itu melarang.

Tapi biarlah itu zuhudnya para petinggi. 

Namun sebagai orang yang merasa menjadi orang kecil seperti kamu Pembayun, kamu sudah melakukan qanaah. Dengan keinginanmu untuk mengambilkan telur asin kesukaan paman Sepuh, oleh oleh dari Ki Koh Agil, kamu sudah mulai praktek qanaah. 

Tidak putus asa dengan keadaan, dan dapat mengambil hikmah yang tersembunyi dari kejadian peristiwa yang kau alami. Tawakal dan tetap ingin melakukan perbuatan terpuji. Jadi cepat kau ambil telur asin itu, Pembayun!" seru Pangeran Sepuh Armanda.

"Tapi tolong juga tanyakan kepada Mutiah. Kiriman bibit sengon yang dipesan Mutiah kepada Bang Pilot Muhammad Isnaeni sudah sampai belum. Tadi paman Sepuh lihat Mutiah jalan jalan ke sini dengan Bunda Fitri. Paman Sepuh dengar Mutiah mau bikin kebun sepulang dari Turki." tambah Pangeran Sepuh Armanda. 

lanjut ke

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun