Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Bukan Bagai Wayang

12 September 2018   10:58 Diperbarui: 13 September 2018   12:05 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: belindomag.nl

"Eh, tunggu dulu ponakanku, Pembayun yang manis," seru Pangeran Dipo.

"Bukankah pertemuan kita bertiga ini juga sudah menjadi takdir Allah. Kita kan hidup sebagai wayang, ke mana langkah kita sudah diatur oleh Allah, seperti pendapatmu tadi, Pembayun. Mengapa kamu akan segera pergi dari sini. Apakah kamu ingin mengganti takdir Allah, Pembayun ?" seru Pangeran Dipo sambil senyum-senyum.

"Itulah Pembayun, seberapa tinggi ilmumu dibandingkan dengan ilmu milik Pangeran Dipo," sela Pangeran Sepuh Armanda.

"Kita, sebagai manusia memang tidak dapat mengelak dari takdir Allah. Apa pun yang kita perbuat, apa pun yang kita usahakan, apa pun yang kita kampanyekan, apa pun yang kita kondisikan, kalau Allah tidak menghendaki, tidak akan terjadi. Itu betul.

Namun bukan berarti lalu semua yang  kita lakukan itu merupakan kehendak Allah. Ada hak manusia untuk berikhtiar. Ada hak manusia untuk berpikir. Ada hak manusia untuk memilih. Manusia diberi nafsu dan akal budi untuk memilih dan menentukan segala sesuatu yang akan diperbuat. Namun kuasa tetap ada pada Allah SWT.

Di situlah rahasia Allah yang sulit ditemukan. Manusia boleh berkehendak. Bahkan manusia wajib berusaha. Kehendak dan usaha manusia yang melahirkan perbuatan itu nanti akan dipertanggung jawabkan di Hari Kemudian. Hari Pembalasan yang tidak seorang pun dapat lagi berbuat apa-apa, selain mengikuti dan menerima keputusan Allah Kang Mubeng Ing Jagad. Allah Rabbul alamin. Allah Pengusaha Jagad Raya Alam Semesta. 

Termasuk pada bagaimana sikap dan tindakan kita, pada saat menerima takdir Allah. Apakah kita akan bersyukur saja pada saat menerima takdir baik, tetapi kita menjadi kufur pada saat mendapat takdir buruk. Ataukah kita tetap dapat tawakal kepada Allah baik pada saat mendapat takdir baik, maupun pada saat menerima takdir buruk. 

Dus, kita hidup bukan sebagai wayang, yang ikut saja apa perintah Dalang, putri Pembayun." jelas Pangeran Sepuh.

"Tapi bukankah kita ini tidak punya daya dan upaya selain karena kekuatan Allah, paman Sepuh ?. Tapi maaf, kayaknya Pembayun belum selevel deh, kalau harus berdiskusi dengan paman berdua. Apalagi kalian berdua baru membahas langkah zuhud. Lebih baik Pembayun ambil saja telur asin itu." sela putri Pembayun.

"Tungu sebentar, ponakanku yang manis, Pembayun." sela Pangeran Dipo.

"Pamanmu Pangeran Sepuh kan belum selesai bicara. Bukan begitu kanda Armanda ?" tanya Pangeran Dipo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun