Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjebak Guru dalam Birokrasi: Membongkar Miskonsepsi Perubahan Kurikulum

27 April 2024   09:52 Diperbarui: 27 April 2024   10:29 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.canva.com/newmarants

Kedua, Kurikulum Merdeka menghargai keragaman talenta dan kebutuhan belajar setiap murid. Murid bukanlah individu yang homogen, melainkan memiliki bakat, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Kurikulum yang ideal harus mampu mengakomodasi keragaman ini dan memberikan kesempatan belajar yang sesuai bagi setiap murid.

Ketiga, Guru harus bertransformasi menjadi fasilitator pembelajaran. Guru bukan lagi pengajar tradisional yang hanya menyampaikan materi dan memberikan tugas. Guru harus menjadi fasilitator yang membantu murid untuk belajar secara aktif, kritis, dan kreatif.

Keempat, Pembelajaran harus relevan dan bermakna bagi setiap murid. Pembelajaran tidak boleh hanya berfokus pada hafalan dan pengejaran nilai. Pembelajaran harus dirancang untuk membantu murid memahami konsep, menerapkan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan nyata.

Melupakan Kebutuhan Murid dapat terjadi jika guru masih terjebak dalam paradigma pendidikan tradisional. Guru yang terbiasa mengajar dengan metode ceramah dan penekanan pada hafalan, mungkin akan kesulitan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka yang berfokus pada kebutuhan murid. Akibatnya, murid akan kehilangan kesempatan untuk belajar dengan cara yang lebih bermakna dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Murid mungkin akan merasa bosan, frustrasi, dan tidak termotivasi untuk belajar.

Untuk menghindari miskonsepsi ini, penting bagi guru untuk melakukan refleksi diri dan mempelajari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid. Guru juga perlu berkolaborasi dengan kolega dan pakar pendidikan untuk mendapatkan dukungan dan pelatihan yang diperlukan.

Kesimpulannya: Melupakan Kebutuhan Murid merupakan ancaman serius bagi implementasi Kurikulum Merdeka yang efektif. Dengan memahami esensi Kurikulum Merdeka dan fokus pada kebutuhan murid, guru dapat menjadi fasilitator pembelajaran yang membantu murid untuk mencapai potensi penuh mereka.

Miskonsepsi Ketiga: Mengabaikan Hakikat Perubahan Profesi Mengajar

Mengabaikan Hakikat Perubahan Profesi Mengajar merupakan sebuah pernyataan yang menyingkap realitas krusial dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Miskonsepsi ini, jika dibiarkan, dapat menghambat transformasi guru dan menggagalkan tujuan kurikulum baru untuk membangun pendidikan yang lebih berpusat pada murid.

Pertama, Kurikulum Merdeka menuntut transformasi peran guru dari pelayan kurikulum menjadi pemimpin pembelajaran. Guru tidak lagi hanya terikat pada materi dan format yang ditentukan dalam kurikulum. Guru harus memiliki otonomi untuk merancang pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan murid di kelasnya.

Kedua, Guru harus memiliki kemampuan kolaborasi yang kuat. Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk berkolaborasi dengan kolega, pakar pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya. Kolaborasi ini penting untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam implementasi kurikulum baru.

Ketiga, Guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kurikulum Merdeka terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Guru harus terus belajar dan mengembangkan diri untuk mengikuti perkembangan tersebut dan memastikan bahwa muridnya mendapatkan pendidikan yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun