Konon, bekerja di kantoran masih lebih disukai dibandingkan bekerja di luar kantor yang membutuhkan mobilitas tinggi. Utamanya bagi anak-anak muda yang berstatus lulusan terkini (fresh graduate).
Selain karena gajinya lebih jelas dan teratur, bekerja di kantoran dianggap memiliki status yang bisa dibanggakan. Satu lagi, bekerja kantoran, tidak perlu kepanasan atau kehujanan. Malah nyaman karena ada AC.
Benarkah?
Saya pernah melihat langsung dan mengalami dua situasi yang menjadi pembenar dari kalimat konon tersebut.
Pertama, ketika dulu mengajar kuliah di kelas, saat berbincang dengan mahasiswa yang saya tahu banyak berasal dari desa dan orang tuanya punya sawah, hampir tidak ada dari mereka yang bercita-cita menjadi petani. Tidak juga berdagang di pasar.
Kedua, ada saudara sepupu fresh graduate yang sebenarnya punya skill mengajar dan biasanya mengajari anak-anak di lembaga belajar ataupun les privat di rumah. Namun, dia memilih mendaftar menjadi staf di pemerintah desa. Dari beberapa pilihan, dia lebih memilih posisi yang bisa "ngadem" di balai desa.
Pendek kata, bertani ataupun berdagang yang dulunya merupakan 'profesi turun-temurun' di daerah saya, kini tidak lagi jadi primadona. Keduanya sudah kalah pamor dengan bekerja di kantoran.
Awas, bekerja duduk terlalu lama diintai penyakit
Tentu saja, tidak ada yang salah dengan pilihan itu. Toh, mereka sendiri yang menjalaninya. Namun, mereka juga harus tahu, bekerja kantoran yang lebih banyak duduk di ruang ber-AC dan kurang bergerak, itu rentan bagi kesehatan.
Selain bahaya dari menatap komputer terlalu lama, bekerja sembari duduk dalam waktu lama juga memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Ibaratnya, kita sudah diintai berbagai penyakit.
Bahkan, sebuah penelitian mengungkapkan, orang yang pekerjaannya lebih banyak duduk, dinilai berisiko dua kali lipat untuk mengalami serangan jantung dibandingkan orang yang banyak bergerak dalam pekerjaannya.