Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Bathari Durga, Hati yang Terluka

5 Maret 2018   19:17 Diperbarui: 5 Maret 2018   19:19 9549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.auction.catawiki.com.

Siapa sebenarnya Bathari Durga? Dalam kisah pewayangan sosoknya digambarkan sebagai raseksi yang ganas pemangsa manusia. Tubuhnya menebarkan bau busuk yang menyengat. Dan ia tinggal di sebuah tempat bernama Gandamayu.

Konon sebelum itu, Bathari Durga adalah penghuni kahyangan nan cantik jelita bernama Dewi Uma. Ia istri dari Dewa Siwa.

Lalu mengapa ia bisa berubah menjadi raseksi buruk rupa?

Dikisahkan Dewi Uma selayak istri-istri dewa yang lain, ia pun sangat mencintai suaminya. Sayangnya Dewa Siwa selalu meragukan cinta istrinya itu. Ia lalu berniat menguji sang istri untuk mengetahui seberapa besar kesetiaan yang dimilikinya.

Maka suatu hari Dewa Siwa berpura-pura jatuh sakit. Sakitnya dibuat sedemikian rupa agar terlihat parah.

Sebagai istri yang sangat menyayangi suami, Dewi Uma tentu sedih dan merasa khawatir. Dengan segenap kemampuannya ia berupaya mencari obat untuk kesembuhan suaminya Itu.

Namun meski semua tabib Kahyangan didatangkan, tak satupun yang bisa menyembuhkan.Penyakit Dewa Siwa tak kunjung reda.

"Duh Sinuhun suamiku, apa yang harus kulakukan untuk mengembalikan kesembuhanmu?" Dewi Uma meratap di sisi ranjang suaminya. Dewa Siwa yang pura-pura sakit tersenyum dalam hati. Ia pun melanjutkan sandiwaranya lagi.

"Dinda Dewi Uma. Sebenarnya aku bisa sembuh asal...."

"Lanjutkan Kanda."

"Asal Dinda Dewi mau turun ke bumi mencari seekor sapi berbulu putih. Susu sapi itulah yang bisa mengobati penyakitku."

Seketika Dewi Uma melonjak gembira. Hari itu juga ia turun ke bumi untuk mencari seekor sapi putih.

Sementara, sepeninggal istrinya Dewa Siwa segera beranjak dari tempat tidur. Kemudian menyusul turun ke bumi dan menyamar menjadi seorang penggembala sapi.

Singkat cerita Dewi Uma sampai di sebuah padang rumput yang sangat luas. Ia melihat seorang penggembala sapi tengah pulas di bawah rindang pohon mahoni. Sedang sapi-sapinya dibiarkan merumput di tengah padang.

Setengah sungkan Dewi Uma membangunkan pemuda gembala tersebut.

"Kisanak, apakah engkau memiliki seekor sapi berbulu putih?" Dewi Uma bertanya sopan. Pemuda gembala yang tak lain dan tak bukan jelmaan suaminya sendiri itu mengangguk.

"Bolehkah aku membelinya?" 

"Untuk apa?"

"Untuk kesembuhan suamiku."

Sang Dewa Siwa dalam ujud gembala tersenyum. Ia masih belum percaya akan kesetiaan istrinya. Maka ia berniat untuk terus mengujinya.

"Aku tidak akan menjual sapiku," ujarnya seraya menyandarkan kepala. 

"Ayolah Kisanak. Aku membutuhkan susu sapi berbulu putih itu. Aku ingin suamiku sehat kembali."

"Sudah kubilang aku tidak mau menjualnya."

"Aku bersedia menukar sapimu dengan apa saja. Uang, perhiasan. atau benda berharga lain yang kau inginkan."

"Bagaimana jika aku menginginkan kehormatanmu?" sang gembala memasang jebakan.

Mendengar kata-kata gembala tersebut Dewi Uma terkejut. Meski ia sangat membutuhkan sapi putih itu, jika harus membayarnya dengan kehormatan, tentu saja ia menolak.

"Tidak Kisanak. Jangan meminta yang satu itu. Aku ini sudah bersuami."

"Kalau kau keberatan, aku tidak akan memaksa. Tapi ingat. Suamimu di rumah sedang sakit keras. Bisa jadi ia tengah meregang nyawa."

Diingatkan akan kondisi suaminya, luluh lantaklah hati sang dewi. Akhirnya tidak ada jalan lain kecuali ia bersedia menyerahkan kehormatannya kepada sang gembala yang sebenarnya adalah suaminya sendiri.

Usai menggauli istrinya, Dewa Siwa berubah wujud. Bukannya senang sang istri berhasil mendapatkan sapi putih, ia malah berseru geram.

"Dasar istri tidak setia! Mau-maunya dirayu oleh seorang gembala sapi!"

"Loh Kakanda...bukankah si gembala sapi itu Kakanda sendiri?"

"Iya. Tapi itu namanya selingkuh! Tidak bisa kumaafkan!"

"Dengar dulu Kakanda...."

"Tidak ada yang perlu didengar! Kau lebih pantas dikutuk menjadi Durga!"

Cling!

Dewi Uma pun berubah wujud menjadi raseksi. Wajahnya yang jelita menjadi buruk rupa. Bau tubuhnya yang wangi berganti aroma busuk menyengat. Dewa Siwa dengan penuh amarah meninggalkannya, terbang kembali ke Kahyangan. 

Dewi Uma yang sudah menjadi Bathari Durga hatinya sangat terluka. Ia merasa dipermainkan, Ia lalu memutuskan menjadi raseksi yang paling kejam. Yang hatinya dirasuki kebencian. 

Cinta memang seperti itu. Selalu begitu. Ia bisa membolak-balikkan hati manusia. Dari yang semula penuh kasih bisa berubah penuh dendam.

Untunglah kutukan Bathari Durga segera berakhir ketika ia bertemu dengan dua kembar Nakula dan Sadewa. Dua pemuda tampan inilah yang berhasil meruwat dan mengembalikan dirinya ke wujud semula.

Akan halnya Dewa Siwa, setelah mengetahui istrinya terbebas dari kutukan ia bermaksud memboyongnya kembali ke Kahyangan. Namun Dewi Uma alias Bathari Durga menolak mentah-mentah.

"Aku bukan Uma. Aku ini Durga. Dan aku tidak akan pernah kembali ke Kahyangan." Ia pergi melenggang. Mengabaikan Dewa Siwa yang berdiri menatapnya dengan penuh penyesalan. 

Ah, perempuan. Jika sudah terluka siapa pula yang mampu menyembuhkan?

***

Malang, 05 Maret 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun