Agaknya ini yang sempat membuat blunder bagi kita --bukan hanya kalangan remaja usia muda-- yang senang berswafoto.
Kay, kata narsis pertama kali dimunculkan oleh Sigmund Freud, berawal dari sebuah mitologi Yunani, The Fallen Charming --sebut saja begitu-- Narcissus, yang begitu mengagumi ketampanannya sendiri.Â
Pada saat ia bercermin pada sebuah permukaan kolam, ia jatuh cinta pada dirinya sendiri, hingga ia benar-benar jatuh ke dalam kolam. (xixixi :).... wadidaw, Narcissus, you were really fallen :v....)
Lalu, sebenernya narsisistik itu apaan seeeh?
Seorang ahli psikologi sosial Amerika, William Keith Champbell pernah mengatakan bahwa narcisism behavior merupakan sikap yang dimiliki individu untuk mempertahankan dan menaikkan penilaian yang tinggi pada dirinya.
Ciri-ciri narcisism behavior antara lain, suka memamerkan diri, merasa super, dan cenderung memanfaatkan orang lain.
Motivasi yang mendasari pergeseran kebutuhan seseorang dari hanya menampilkan potensi diri menjadi kebutuhan untuk mendapatkan pujian atau jempol "like" inilah yang kemudian bisa dikatakan sebagai narcissistic personality disorder (NPD).
Hal yang menjadi penting untuk diperhatikan adalah apabila kita sudah mulai kehilangan empati kita pada orang lain maupun segala sesuatu yang sedang terjadi di sekitar kita. Segala sesuatu selalu diukur berdasar mau saya, self centered, ego saya, hanya pendapat saya saja.
Begitu pula dengan pujian yang datang dalam berbagai wujud. Apabila self adoring telah menjadi sebuah kebutuhan; menjadi tujuan kita mempublikasikan karya kita baik itu secara daring maupun luring, mungkin kita harus waspada, apakah kita sudah memasuki area NPD.
So, kalau memang kita berada dalam ring narcissistic personality -- tanpa embel-embel disorder-- itu masih normal ko. Artinya yha itu menjadi hal yang biasa saja; bukan sesuatu hal yang perlu digelisahkan.
Hati-hati yha gaes... Kondisi NPD itu pun hendaklah dinyatakan secara medis oleh ahli kesehatan yang terkait, bukan dengan melakukan self diagnose.