Mohon tunggu...
Cindy Carneta
Cindy Carneta Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Psikologi

Saya merupakan seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Bina Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perspektif Psikologi di Balik Hebohnya "Oplas Challenge" hingga Fakta-fakta Menariknya

31 Mei 2020   17:13 Diperbarui: 13 April 2022   12:48 2069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar aplikasi FaceApp. (dok: tekno.kompas.com)

"Ketika seseorang mulai nggak pede menampilkan diri dia yang aslinya terus menampilkan yang editan itu timbul ke dirinya kalo orang bakal kaget ketemu gue aslinya nggak begini," ujar Intan sebagaimana yang telah dikutip oleh insertlive.com, Sabtu (30/5/20).

"Yang tadinya cuma oplas-oplas di aplikasi akhirnya ngebawa deh tuh foto yang ada di editannya, mulailah tanya-tanya ke dokter operasi plastik, mulai ingin merombak wajahnya," tutupnya.

Di sisi lain, Psikolog Ikhsan menjelaskan sampai manakah batas oplas challenge dikatakan masih normal. Menurutnya, terdapat sebuah patokan di mana oplas challenge ini sudah berubah arah, yakni di saat individu tersebut (penggguna) sudah terlalu nyaman dengan kondisi wajah barunya. 

Sampai-sampai, saat ia menunjukkan wajah aslinya, dia jadi cemas. Kenapa? Karena ia tidak suka dengan wajah aslinya dan merasa lebih bangga dengan hasil permakkan tersebut.

Tak jauh berbeda dengan Psikolog Intan, Psikolog Ikhan juga menambahkan bahwa oplas challenge ini ini juga dapat dikatakan kelewat batas bila penggunanya sampai menjadikan hasil foto editan sebagai referensi untuk melakukan operasi plastik sungguhan.

Fakta menarik seputar operasi plastik ditinjau dari sudut pandang Ilmu Psikologi

Gambar seorang yang gagal dalam operasi plastik. (dok: jawapos.com)
Gambar seorang yang gagal dalam operasi plastik. (dok: jawapos.com)

Wanita dengan masalah psikologis lebih cenderung memilih untuk melakukan operasi. Mereka yang menjalani operasi plastik lebih cenderung memiliki riwayat kesehatan mental yang lebih buruk, termasuk lebih depresi dengan tingkat kecemasan yang tinggi, seringkali melukai diri sendiri dan bahkan melakukan upaya untuk bunuh diri.

Para peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang dapat menunjukkan secara nyata bahwa operasi plastik dapat dilakukan untuk mengurangi masalah kesehatan mental pada wanita yang tidak puas dengan penampilan mereka.

Beberapa orang tidak pernah puas dengan operasi plastik, meskipun hasil prosedurnya bagus. Beberapa di antaranya memiliki gangguan kejiwaan yang disebut dengan "body dysmorphic disorder".

Pada umumnya seorang individu berencana untuk melakukan operasi plastik adalah untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri, individu tersebut akan berpikir bahwa prosedur operasi plastic yang sukses akan mengarahnya pada peningkatan harga diri, suasana hati, dan kepercayaan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun