Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Widi Utami, Blogger dan Kompasianer Tuna Rungu Asal Salatiga

8 November 2018   16:43 Diperbarui: 8 November 2018   20:32 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Widi bersama anak dan suaminya tercinta (foto: dok pri)

Kendati sebenarnya sejak bangku SD sudah mempunyai hoby menulis, namun, Widi baru berani menekuni dunia tulis menulis ketika berstatus sebagai mahasiswi. Tahun 2012, dirinya bergabung dengan Kompasiana bersama ratusan ribu Kompasianer lainnya. Sayang, dirinya kurang produktif. Padahal, artikel yang ditulisnya lumayan bagus.

"Saya juga kurang berinteraksi dengan rekan- rekan Kompasianer lainnya," akunya.

Secara perlahan, tangannya terus menghasilkan berbagai tulisan ringan. Bahkan,Widi sempat menerbitkan buku fiksinya berjudul Mahkota Untuk Emak.

Sayangnya, akibat kurangnya publikasi, ditambah menurunnya minat baca masyarakat, buku perdananya belum mampu cetak ulang.

"Ini saya ambil hikmahnya, publikasi sangat berperan penting dalam pemasaran sebuah buku," ungkapnya.

Buku fiksi perdana yang ditulis Widi (foto: dok pri)
Buku fiksi perdana yang ditulis Widi (foto: dok pri)
Tahun 2014, saat menyandang status mahasiswi, Widi terjerat asmara. Pemuda bernama Ahmad Budairi rupanya mampu memikatnya, sehingga, tanpa menunggu lebih lama, mereka sepakat untuk meneruskan kisah kasihnya menuju pelaminan.

"Hasilnya, sekarang kami sudah memiliki anak laki- laki bernama Kevin," tutur Widi.

Pernikahannya dengan Ahmad Budairi yang seorang programmer IT, sekaligus jago membuat website membuat Widi makin mengenal dunia blogger.

Dirinya bertambah getol menulis di dunia maya, tentunya atas dukungan sang suami. Keinginan semasa kuliah jadi seorang pendidik, dikuburnya dalam- dalam.

"Sekarang, lebih banyak menekuni pekerjaan sebagai blogger," ungkapnya.

Perihal dunia pendidikan yang sudah ditinggalkan, menurut Widi, bukan tanpa alasan. Dirinya teringat ketika menjalani PPL  mengajar, guru pendampingnya tak mau memaklumi ketika Widi merasa kesulitan berkomunikasi dengan murid- murid yang ada. Sehingga, setelah diwisuda tahun 2016, praktis gelar sarjananya belum pernah dimanfaatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun