Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Makhluk Astral [4]

20 Juni 2019   00:34 Diperbarui: 20 Juni 2019   00:53 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trans  substansi Ke [1] Teori Prof Apollo Daito [2009] tentang ["Proses Penglihatan Tanpa Tubuh"]. Trans  substansi [1] Untuk menjembatani dan menguatkan tubuh manusia mendunia antara dikhotomi kelihatan dan tidak kelihatan [The Visible and the Invisible]; maka diperlukan bentuk tambahan  "organ buatan" yang dapat meningkatkan kapasitas umat manusia. Dan pada posisi ini maka Makhluk Astral menjadi salah satu cara menjadi mungkin. Contohnya dibentuk ke dalam "figur" atau "model" adalah "organ buatan" bisa berupa sabuk, susuk, rajah, gelang, cincin, batu, dan seterusnya atau ditulis di kertas, dibakar lalu diminum dan lain-lain;

Trans  substansi Ke [2] Perlu Proses penglihatan tanpa tubuh. Hubungan antara suatu objek dan citra objek dimulai pada kondisi hubungan ketidaksamaan [substansi yang berbeda], sehingga benar-benar berakhir dengan apa disebut ["persepsi tanpa objek"]. Persepsi tanpa objek tidak tersentuh oleh ketidakteraturan, kedalaman, atau ketidakjelasan sebagai ontologis primordial adanya Makhluk Astral tak terlihat tak terdefinsi tapi pada saat yang sama ia diperlukan. Maka bentuk hubungannya dengan yang lain (reversibilitas dan persimpangan), pada saat yang sama terbentuk "konstitutif internal relations "of things;

Maka tugas orang pintar [indigo, akhli kebatinan, paranormal, wadian, dalang wayang, kuncen dan seterusnya] adalah membuat organ visual buatan seperti lensa, tidak menghasilkan pemahaman tentang hal yang masuk akal tetapi pemecatan terhadap kenyataan. Oleh karena itu, sosok itu, satu-satunya realitas, menjadikan yang masuk akal sepenuhnya tidak nyata [penglihatan tanpa tubuh];

Trans  substansi Ke [3] Pada kondisi [penglihatan tanpa tubuh];sebagai" tempat "dari mana objek didefinisikan sebagai" di sana " ada titik itu di ruang dan bukan di tempat lain. Tubuh adalah titik tetap, "di sini" yang memungkinkan untuk menemukan "ada" tubuh eksterior yang berbeda. Dia terlepas dari dualismenya,   jiwa berpikir dengan tubuhnya dan darinya, dan ruang, atau jarak luar, juga ditetapkan dalam fakta alami yang menyatukan semua hal";

Trans  substansi Ke [4] Pengalaman reversibilitas menyiratkan akses ke diri yang jarak secara bersamaan, pemahaman diri yang secara timbal balik menunjukkan perampasan diri. Apa yang diperoleh adalah struktur kepemilikan / perampasan yang bersilangan. Setiap hubungan subjek dengan dirinya sendiri menyiratkan beberapa kapacity integral yang melaluinya dapat terhubung dengan dirinya sendiri hanya berkat jarak diri dari diri, yang merupakan asal dari refleksivitas;

Trans  substansi Ke [5]  pada kondisi [1,2.3,4] ini menjadi subjek-tubuh; dan objek-tubuh berbentuk primordial, pengalaman orisinal yang mengungkapkan hubungan kita tidak hanya dengan tubuh kita tetapi juga dengan diri kita sendiri sebagai subjek dan dunia luar secara umum. Kondisi [1,2.3.4] melalui berpikir daging dalam konteks etika ekologis menghubungkan struktur chiasmic dari tubuh yang berpikiran dengan timbal balik dari tubuh dan dunia itu dengan formulasi [ABBA]. Atau dalam penelitian ini disebut saya sebut dalam urutan terbalik, sehingga mendorong persilangan atau paralel berbentuk formulasi Episteme Makhluk Astral [ABBA].

Bersambung

Daftar Kepustakaan: Apollo Daito., 2009-2012., Studi Etnografi Episteme Makhluk Astral Di Jogjakarta Megelang, dan Dayak Kalimantan Tengah,. FEB Universitas Tarumanagara., Jakarta.

1964c, Le visible et l'invisible, Paris: Gallimard; The Visible and the Invisible, Alphonso Lingis (trans.), Evanston: Northwestern University Press, 1968.

Landes, Donald, 2013, Merleau  Ponty and the Paradoxes of Expression, London: Bloomsbury

Mauro Carbone, 2004., The Thinking of the Sensible: Merleau  Ponty APhilosophy, Northwestern University Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun