Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Delusi Identitas Ideal: Rasisme yang Mewujud Kebencian dan Kekerasan

20 Agustus 2019   21:35 Diperbarui: 21 Agustus 2019   14:38 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecacatan yang mereka lihat dari sesamanya, bukankah itu berarti tuhan tidak sempurna dalam desain penciptaannya sendiri? Rasisme tidak hanya mencederai kehidupan, ia menyangkal keagungan penciptaan itu sendiri.

Sigmund Freud sendiri sudah mengingatkan bahwa kita semua adalah serigala yang siap memangsa satu sama lain. Keinginan untuk menaklukkan dan menguasai yang lain merupakan sifat alamiah manusia. Hal itu semakin menguat ketika berhadapan dengan identitas asing. 

Itulah mengapa manusia selalu saling curiga dan tak segan berbuat kekerasan kepada sesamanya. Rasisme adalah aib yang diwariskan oleh bangsa manusia. Aib itu mesti dibedah, disingkap luas untuk dibahas secara terbuka. Jangan malah ditampik dan dibiarkan sebab ia mudah menular.

Mitos Tanah Leluhur: Dikotomi Pribumi dan Pendatang
Setiap orang berpotensi menjadi rasis. Rasisme itu sendiri kadang ditunjukkan secara spontan, bahkan tidak disadari oleh pelakunya. Racikan rasisme berasal dari konsekuensi interaksi sosio-ekonomi-politik didukung oleh kondisi mental dan emosional penganutnya. 

Sehingga dapat dipahami bahwa perilaku rasis dapat diterapkan secara berbeda sesuai konteks yang melatarbelakanginya. Namun satu hal yang pasti, rasisme bertahan karena masyarakat itu sendiri menginginkannya. Sehingga ruang dan institusi sosial punya peran dalam melanggengkan praktek rasisme.

Termasuk dalam situasi di mana jurang perbedaan status ekonomi dan kemiskinan dapat berujung kebencian antar etnis dan suku. Migrasi suatu etnis ke daerah baru dan ikut mengakses sumber daya serta mampu bersaing di bidang ekonomi akan menghadapi sikap kebencian dari komunitas lokal yang sudah lama berdiam di daerah tersebut.

Untuk menyingkirkan saingan tersebut, komunitas lokal akan mengajak mayoritas untuk mengusir dan mempersekusi pendatang dengan alasan bahwa mereka lebih berhak untuk berkuasa di daerah itu. Parahnya, hal ini biasanya mendapat dukungan otoritas setempat. 

Disebarkanlah pesan-pesan kebencian yang mendiskreditkan identitas tertentu dengan berbagai modus pembenaran. Mulai dari memandang rendah etnis/ suku tertentu, menebar fitnah bahwa mereka tidak menghargai adat istiadat lokal, hingga tuduhan mengganggu ketertiban dan sering berbuat onar. Padahal itu hanya bualan saja.

Intinya, mereka iri dan dengki. Orang-orang itu hanya tidak mampu memanfaatkan kesempatan sebaik mereka yang menjadi pendatang. Bukan karena perbedaan etnis, suku, agama, ras, atau hal lain yang menjadi pembenaran perilaku tercelanya, orang itu memang hatinya kotor dan dipenuhi kebencian.

Kondisi itu pernah diilustrasikan dengan baik oleh John Steinbeck dalam novelnya The Grapes of Wrath. Karya klasik itu menggambarkan bagaimana suatu komunitas yang mencari peruntungan di daerah lain akhirnya diusir dengan alasan kebencian tak berdasar. Menariknya, novel klasik itu mengungkapkan di antara sisi gelap kemanusiaan adalah kecenderungan manusia bahagia melihat manusia lain menderita. 

Rupanya, hari ini kita melihat kebencian yang sama diteriakkan oleh bangsa kita kepada saudara kandung setanah airnya sendiri. Entah apa yang ada di benak para pembenci itu sampai hati meneriaki saudara(i) mereka dengan nama binatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun