Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Benarkah Petani Masih Belum Sejahtera?

13 Mei 2020   21:25 Diperbarui: 16 Mei 2020   03:50 2434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tangkaplayar IG akun @hariankompas

Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat seperti di sepanjang pedalaman pantai selatan Jawa mulai Banyuwangi bagian selatan hingga Gunung Kidul di Jogjakarta sebagian disebabkan warganya bekerja di luar kota bahkan menjadi TKI. Tetapi perkembangan pertanian dan perkebunan karena upaya pemerintah di wilayah tersebut juga tak bisa diabaikan begitu saja.

Pesatnya pembangunan dan perkembangan perekonomian tentu saja mengubah tolok ukur garis kemiskinan pada masa sebelum masa reformasi dan masa kini. 

Di sinilah kadang timbul kerancuan siapa yang sebenarnya bisa dianggap pra sejahtera atau tidak. Jangan-jangan buruh tani yang tidak punya tanah dianggap miskin padahal kala tidak ada garapan kadang menjadi pedagang K5 yang hasil perbulannya melebihi tenaga honorer yang hanya berharap menjadi ASN!

Atau, petani yang memiliki lahan kering dan tandus seluas setengah hektar namun rumahnya tak dirawat karena ditinggal kerja di luar kota maka dianggap pra sejahtera.

Melihat hamparan padi yang akan ditawar. Dokpri
Melihat hamparan padi yang akan ditawar. Dokpri
Memborong salak untuk pabrik kripik. Dokpri
Memborong salak untuk pabrik kripik. Dokpri
Mengapa kaum muda desa enggan bertani?

Pertanian bukanlah lahan padat karya yang menjanjikan penghasilan yang cukup dengan godaan duniawi yang kini menjadi sebuah kebutuhan gaya hidup.

Dulu menanak nasi memakai dandang sekarang ricecooker, dulu memasak dengan kayu bakar sekarang gengsi jika tidak menggunakan gas, dulu membawa hasil panen dengan cara dipikul sekarang diangkut dengan sepeda motor, dan masih banyak lagi.

Bukan sesuatu yang salah karena ini perubahan jaman. Tetapi kehidupan konsumtif seperti ini mengharuskan setiap orang untuk meningkatkan pendapatan maka bekerja selain sebagai petani adalah tuntutan. Maka meninggalkan kampung halaman bukanlah hal yang tabu demi kesejahteraan yang lebih.

Pada akhirnya menurut penulis, kesejahteraan petani dan buruh tani tidak bisa diukur hanya karena faktor luar yakni gentayangannya para memedi sawah yang memakai dasi alias para tengkulak dan cukong. Tetapi lebih disebabkan luas sempitnya dan subur gersangnya lahan garapan mereka.

Di sisi lain, terutama di daerah subur seperti wilayah pegunungan daerah Magetan, dataran tinggi Dieng, Malang dan sekitarnya serta tempat yang perairannya cukup bagus lebih banyak menanam komoditas lain seperti sayur-sayuran, bawang merah, atau cabai.

Tentu saja dengan alasan lebih mudah penggarapannya dan berusia pendek sehingga kala harga turun tidak terlalu rugi daripada menanam padi yang paling sedikit membutuhkan waktu 4 bulan mulai pengolahan tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun