Mohon tunggu...
Anastasia Retno Pinasti
Anastasia Retno Pinasti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang

Adventurer who traces footprints with words and writings. Exploring the diverse world like a color palette to create eternal masterpieces.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Titik Nol: Perempuan Melawan Patriarki

27 April 2024   09:00 Diperbarui: 27 April 2024   09:01 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Perempuan di Titik Nol (Gramedia.com)

Bagi Firdaus, kemerdekaan melambangkan pembebasan dari kendali serta pembatasan fisik yang diberlakukan oleh lelaki. Ia menginginkan kebebasan untuk menjalani kehidupan yang mandiri, tanpa dibelenggu oleh norma dan aturan patriarki. Firdaus juga mengharapkan kesetaraan gender di mana perempuan memiliki hak dan peluang yang sama dengan laki-laki, baik dalam ranah politik, ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan. Ia berambisi untuk terhindar dari diskriminasi serta stereotip gender yang menghambat potensinya. Baginya, konsep kemerdekaan adalah simbol perlawanan terhadap dominasi pria dan penindasan terhadap kaum perempuan.

Pendidikan adalah jalan menuju kebebasan. Sosok Firdaus mengajarkan bahwa setiap penderitaan yang ia alami pasti membuka pintu kebebasan lain. Harapan untuk menjadi individu merdeka ia realisasikan secara pelan namun pasti. Lewat pendidikan, ia mampu mengubah pandangannya yang semula tunduk menjadi sebuah perlawanan akan ketidakadilan.

“Karena kematian dan kebenaran adalah sama dalam hal bahwa keduanya mensyaratkan keberanian yang besar bila seseorang ingin menghadapi mereka.” [PDTN: 171]

Mati digantung bukanlah akhir tragis baginya. Firdaus telah tiada, tetapi sinarnya tetap menyala bak api abadi. Sinar yang menerangi langkah perempuan yang melawan. Tanpa jatuh dalam kubangan lumpur itu, Firdaus tak akan pernah paham bagaimana dunia yang didominasi lelaki itu berjalan. Firdaus tidak hanya menjadi korban tetapi ia juga menjadi sosok yang berani melawan dan mencari kemerdekaannya.

Referensi:

Nawal el Saadawi. (1989). Perempuan Di Titik Nol. (Amir Sutaarga, Terjemahan). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun