Mohon tunggu...
Humaniora

Fungsi Wayang Kulit dalam Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa

28 Maret 2016   21:37 Diperbarui: 4 April 2017   18:12 7671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(1)           Bagaimana fungsi wayang kulit sebagai media mengenalkan keesaan Tuhan dalam penyebaran agama Islam ?

(2)           Bagaimana fungsi wayang kulit sebagai media mengenalkan syariat agama    dalam peyebaran agama Islam ?

(3)           Bagaimana fungsi wayang kulit sebagai media pendidikan dalam penyebaran agama Islam 

2. PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Wayang Kulit sebagai Media Mengenalkan Keesaan Tuhan dalam Penyebaran Agama Islam

            Nilai-nilai Ketuhanan dalam kehidupan masyarakat Jawa telah tumbuh dan dikenal lama semenjak Pulau Jawa dijadikan tempat tinggal oleh manusia. Bukti adanya peradaban yang tinggi di Pulau Jawa tercermin dari banyaknya peninggalan berupa fosil manusia purba maupun hasil kebudayaan manusia purba yang tersebar di berbagai tempat, mulai dari yang berbentuk alat-alat dari batu maupun perunggu, hingga peninggalan yang lebih kompleks fungsinya seperti menhir dan punden berundak yang digunakan manusia zaman dahulu untuk memuja dan menghormati roh nenek moyang.

            Pada perkembangan selanjutnya, manusia purba Jawa kemudian mulai mengenal kepercayaan akan adanya penguasa alam semesta, yang menciptakan bumi dan langit beserta segala isinya. Kepercayaan masyarakat kuna yang mulai mengenal Tuhan sebagai Dzat yang menciptakan alam semesta kemudian lebih dikenal dengan istilah kapitayan. Kemunculan pemujaan terhadap Tuhan dan roh nenek moyang dikenal dengan istilah upacara “Hyang” yang juga mendasari lahirnya wayang (±1.500 SM) sebagai penggambaran roh-roh nenek moyang yang datang memberikan restu atau pertolongan kepada para manusia (Soeparno & Soesilo, 2007: 9).

            Berdasarkan uraian dan hal yang melatar belakangi munculnya wayang itulah, maka tak khayal jika wayang pada masa perkembangan agama Islam di Pulau Jawa juga digunakan sebagai media untuk mengenalkan dan mengajarkan ajaran tauhid/ajaran Ketuhanan. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa juga tak mengalami banyak hambatan karena ajaran pokok agama Islam tak banyak berbeda dengan kepercayaan kapitayan yang sudah dianut masyarakat Jawa sejak dahulu. Hal tersebut juga didukung dengan digunakannya kesenian-kesenian tradisional lainnya yang juga disisipkan dengan nilai-nilai Islami, seperti penciptaan tembang-tembang macapat dan gendhing oleh para wali.

            Wayang sebagai seni yang digemari oleh masyarakat memang memiliki daya tarik yang tinggi dan nilai tersendiri di dalam masyarakat. Salah satu cerita dalam pewayangan yang sangat digemari oleh masyarakat adalah cerita tentang pusaka yang dimiliki oleh Raja Yudhistira yang memiliki keampuhan dan kesaktian yang luar biasa. Pusaka tersebut bernama Jamus Kali Maha Husada yang memiliki daya ampuh untuk mendatangkan ketentraman dan menghilangkan segala marabahaya, baik itu yang berupa penyakit ataupun bencana. Kemudian, di era perkembangan agama Islam, istilah Kali Maha Husada yang berarti obat yang sangat dahsyat dirubah dan ditransformasikanmaknanya oleh Sunan Kalijaga menjadi Jamus Kalimasadayang merupakan akronim dari Kalimah Syahadat.

            Makna Kali Maha Husada yang ingin disampaikan oleh Sunan Kaljaga akan sangat berbeda ketika kitabandingkan dengan naskah asli Mahabharata versi India-nya. Nilai-nilai yang ingin disampaikan Sunan Kalijaga sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa tentu tak luput dari konsep-konsep ketauhidan yang menekankan pemahaman seseorang tentang kepercayaan terhadap Keesaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

             Secara otomatis, masyarakat yang menonton pertunjukan wayang yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga akan tergerak hatinya dan memikirkan lagi konsep-konsep syahadat(bersaksi dengan sepenuh hati bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya) yang dibawakan Sunan Kalijaga dalam pertunjukannya. Dengan adanya media wayang yang digunakan untuk mengenalkan dasar-dasar ajaran tauhid, maka penyebaran agama Islam di Jawa berjalan dengan sangat lancar dan mendorong penduduk pribumi untuk mulai memeluk dan menganut agama Islam.         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun