Mohon tunggu...
Ade Kumalasari
Ade Kumalasari Mohon Tunggu... Editor - Student at Goethe Universität

I-want-to-go-around-the-world-in-80-days Sagittarius | Write from Frankfurt am Main, Germany. http://www.travelingprecils.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mas Menteri, Tolong Kampanyekan Membaca untuk Kesenangan

5 Desember 2019   04:29 Diperbarui: 5 Desember 2019   11:08 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu anak di Dusun Tangga, Desa Selengen, Lombok Utara tampak membaca buku yang baru didapatnya.(KOMPAS.com/ Karnia Septia)

Ini adalah gerakan kecil, riak-riak kecil untuk membangkitkan kesenangan membaca pada anak-anak. Riak-riak kecil ini ada juga yang diadopsi resmi menjadi program resmi pemerintah. 

Di Surabaya, anak-anak diwajibkan membaca buku 15 menit per hari, di pagi hari. Di beberapa SMA Negeri, ada gerakan membaca sekian buku dalam setahun.

Program-program ini bagus, tapi ada kekurangannya. Ketika diadopsi menjadi program resmi pemerintah, kegiatan membaca ini menjadi sekadar rutinitas untuk menyelesaikan kewajiban. Apalagi misalnya dengan kewajiban siswa harus merangkum buku yang dibacanya. 

Saya rasa ini memberatkan dan mengurangi kenikmatan membaca.

Ketika saya berbagi tentang program PRC di perpustakaan kota Surabaya, ada yang menanyakan bagaimana cara pemda NSW memverifikasi bahwa anak-anak telah membaca dua puluh buku, sebelum akhirnya diberi sertifikat. 

Saya jelaskan bahwa anak-anak mengisi semacam kartu untuk mencatat buku apa yang mereka baca, dan tanggal berapa mulai dan selesai. 

Di akhir tahun, anak-anak mendapatkan stempel dari guru kelas atau petugas perpustakaan. Guru atau petugas perpus hanya menanyakan secara acak tentang satu atau dua buku yang ada dalam daftar, meminta anak-anak untuk menjelaskan apa yang dia baca dan kesan mereka terhadap buku tersebut. Semua ini dilakukan secara oral, dan tidak memberatkan. 

Kemudian ada pertanyaan lagi, bagaimana kalau anak-anak berbohong? Saya tidak bisa menjawab, hanya bisa menyampaikan bahwa anak-anak di Australia tidak biasa berbohong demi selembar sertifikat. 

Mereka juga tidak akan mencontek demi nilai. Karena value yang diajarkan di sekolah, kejujuran dan proses belajar (dalam hal ini juga membaca) lebih penting daripada sekadar nilai atau sertifikat.

Karena itu, untuk setiap kegiatan dan program literasi, saya ingin mengajak kita kembali ke tujuan awal: bagaimana membuat anak-anak kita mencintai membaca dan terbiasa membaca untuk kesenangan?

Dari hasil riset PISA, siswa yang membaca untuk kesenangan, menghabiskan lebih banyak waktu luang dalam seminggu untuk membaca sebagai hiburan, mempunyai skor PISA lebih tinggi 50 poin. Perbedaan 50 poin ini setara dengan efek 1,5 tahun belajar di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun