Mohon tunggu...
Teuku HasnashranAzizi
Teuku HasnashranAzizi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa program studi Psikologi

Semoga 6 bulan terakhir bisa sempro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wajah Glowing tapi Isi Dompet Kering?

16 Maret 2022   12:02 Diperbarui: 16 Maret 2022   12:08 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perilaku yang dianut generasi sekarang sangatlah beragam. Salah satu perilaku yang dianggap sebagai lumrah bahkan dianggap sebagai hal keren adalah perilaku konsumtif. Hal tersebut mengakibatkan perubahan dalam diri setiap manusia di berbagai kalangan kalangan tak terkecuali mahasiswa. Perilaku konsumtif adalah kecenderungan mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya tidak diperlukan hanya demi mencapai kepuasan yang maksimal. Sedangkan mahasiswa dapat dikatakan sebagai masa transisi dari masa remaja ke dewasa awal dengan konsep memperoleh jati diri.

Adapun definisi perilaku konsumtif menurut ahli yaitu perilaku yang cenderung harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi karena bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan saja tetapi lebih mengarah pada pemenuhan tuntutan keinginan (Hariyono, 2015). Sedangkan menurut ahli, pada masa ini, mahasiswa seringkali menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan. Karena pada masa ini, merupakan masa penentuan identitas diri, dan pengembangan sikap realistis dan harapan. Hal ini diakibatkan oleh adanya ketidak sesuaian antara perkembangan fisik yang telah matang dengan perkembangan psikososialnya (Hurlock, 2009).

Perilaku konsumtif ini begitu nyata di kalangan remaja, seakan – akan menjadi sebuah keharusan mahasiswa zaman kini. Terlebih lagi jika barang atau produk tersebut mendapat endorsement dari para idolanya. Hal tersebut menjadi minat bagi kalah pecinta idola tersebut untuk membeli atau mendapatkan produk tersebut tidak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Produk yang saat ini ramai di promosikan oleh para idola mereka adalah produk yang berhubungan dengan perawatan wajah atau skincare. Skincare merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang untuk perawatan kulit dengan tujuan agar memiliki kulit sehat. sabun pembersih wajah, pelembap, serta tabir surya merupakan macam-macam produk perawatan kulit (Development of a skincare robot, 2008)

Terutama pada era digital ini, muncul dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia. Dengan bantuan teknologi terkini. Pembelian produk skincare bukanlah hal yang sulit lagi terurama bagi kalangan mahasiswa. hanya memerlukan gadget mereka dan aplikasi e-commerce yang tersedia saat ini, mahasiswa tidak perlu berpergian ke tempat penjual dan tidak akan menghabiskan waktu mereka. Berdasarkan hasil survei Kusuma Trisna dkk (2020) mayoritas wanita lebih cenderung melakukan pembelian secaran online dengan persentase sebesar 65%. Hal itu dikarenakan merekan menikmati berbelanja secara online, ingin mencoba hal baru, adanya obsesi dalam pribadi, untuk memperbaiki suasana hati, adanya obsesi dalam pribadi, pamer, serta menjadi sarana untuk perubahan dalam diri mereka.

Kebutuhan akan produk untuk mempercantik diri, pembelian produk skincare yang telah di promosikan oleh para idolanya dan penggunaan fitur online shopping yang mudah pada zaman sekarang, mengakibatkan mahasiswa tidak peduli dengan biaya yang dikeluarkan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Padahal, produk skincare yang dibeli belum tentu cocok dengan kulit mereka. Yang mereka pedulikan hanyalah persaingan gengsi antar fan. Mahasiswa masih memiliki sifat labil sehingga dirinya mudah mengikuti apa yang dilakukan oleh idolanya. Skincare menjadi pemicu terbesar dalam diri idola untuk diikuti mahasiswi.

Selain hanya bentuk rasa gengsi antar fans, dampak buruk dari perilaku konsumtif terhadap produk skincare yang hanya di promosikan oleh idolanya, namun tidak berguna untuk diri sendiri adalah tidak memiliki orientasi kejelasan terutama terkait finansial, memicu utang, keuangan yang tidak tertata, memicu depresi, dan pada akhirnya banyak hal yang sebetulnya tidak berguna.Adapun dampak buruk perilaku konsumtif tidak hanya terjadinya pemborosan, tetapi secara psikologis pun dijelaskan bahwa perilaku konsumtif dapat menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan rasa tidak aman. Hal tersebut disebabkan karena merasa adanya tuntutan untuk membeli barang yang diinginkan tetapi finansial tidak memadai sehingga timbullah rasa cemas dan tidak aman.

Mahasiswa akan selalu mendambakan wajah yang cantik dan menarik. Karena, wajah yang cantik merupakan asset yang sangat penting agar dapat tampil percaya diri di lingkungan sosialnya, mengngat mahsiswa adalah masa transisi remaja menjadi dewasa. Selain untuk mempercantik diri, pembelian produk skincare sering didasari oleh rasa cinta dan gengsi antar fan terhadap idolanya. Mereka berasumsi dengan membeli produk skincare yang dibintangi oleh idolanya merupakan salah satu bentuk support terhadap idolanya tidak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Mereka rela merogoh isi dompet yang sangat banyak untuk tetap tampil cantik dan menarik serta bangga telah membeli produk yang dibintangi oleh idolanya.

Walaupun demikian, dampak yang dihasilkan dengan pengeluaran untuk mempercantik diri tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Produk skincare yang dibeli oleh mahasiswa belum tentu cocok dengan kulit mereka sehingga mereka terpaksa harus melakukan pembelian berulang demi produk yang sama dengan jenis yang berbeda. Akhirnya hal tersebut membentuk suatu pola dimana mahasiswi menjadi konsumtif terhadap penggunaan produk skincare. Ditambah lagi, fitur belanja online yang tidak memerlukan mobilitas dan pengeluaram waktu yang banyak untuk mendapatkan produk yang di inginkan mendorong mahasiswi untuk berperilaku positif. Mungkin dampak yang dihadirkan dari pembelian skincare secara konsumtif tidaklah sangat baik jika diteruskan. Namun, hal tersebut dapat disiasati oleh para mahasiswi dengan mengecek terlebih dahulu jenis kulit mereka dan produk apa yang cocok untuk kulit mereka. Sehingga tidak diperlukan pengeluaran biaya mengulang yang hanya mengakibatkan kerugian terkait finansial mereka.

References

Hariyono, P. (2015). Hubungan gaya hidup dan konformitas dengan perilaku pada remaja siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Samarinda. eJournal Psikologi, 569-578.

Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Tsumaki, Y; Suginuma, A; Imada, K; Sekiguchi, A; Nenchev, D N; Nakano, H; Hanada, K;. (2008). Development of a skincare robot. IEEE: 2963-2968.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun