Mohon tunggu...
Maya Sulie
Maya Sulie Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Orang MUDA yang ingin tetap MUDA dan mendambakan iman awet MUDA\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Catatan Harian

26 Maret 2016   14:49 Diperbarui: 26 Maret 2016   15:03 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Seperti seorang anak kecil,

Yang baru belajar menghitung

3+3+3=???

Hasilnya berapa mama?

Merajuk, merengek, menangis meminta jawaban...

Seorang perempuan muda, membaca lagi catatan hariannya yang ia tulis sejak beberapa tahun yang lalu, hanya dirinya yang bisa mengartikan tulisan tersebut, lalu bergumam dalam hati,  “sederhana saja, engkau alasanku menulis”.

            Perempuan itu tersentak pada suara yang menyapanya, hei sedang apakah engkau?

Tidak.... jawabnya, dengan wajah pucat pasi, seperti pencuri yang takut ketahuan, dengan tergesa-gesa ia menyembunyikan catatan hariannya.

Ah,  tidak ada siapa-siapa bisiknya, sedikit menyesali kepanikannya yang baru saja terjadi, ternyata ia disapa oleh pikirannya sendiri, “oh”... bukan,,bukan pikirannya, tapi ketakutan yang menyapanya.

            Segala sesuatu itu masih berkeliaran dipikirannya, iapun semakin tergoda untuk membaca catatan hariannya. Dibukanya lagi, halaman kedua, yang ia tulis pada jaman putih abu-abu, dilorong asrama , saat kawan-kawannya terlelap dengan mimpi masing-masing.

           “ Saat langit merah jingga, yang pelan-pelan diculik malam, aku bersumpah, meneriakimu, hei,,kau,,,kau itu seorang pencuri, kau mencuri hatiku.....

                                    Bukit Sunyi, Asrama Putri St. Don Bosco (30 November 2006.)

            Catatan itu membuat pikirannya melayang pada kejadian 9 tahun yang lalu, bagaimana dengan diam-diam ia mengagumi senyum pria berkaos kuning, tak seorangpun diantara teman-temannya mengetahui hal itu. Sebuah kekaguman yang sangat ia rahasiakan.

Tanpa disadarinya , sudah begitu banyak halaman yang telah dinikmatinya, tapi, ada sesuatu yang menggelitik hatinya ketika membaca catatan pada halaman yang ini,,

Engkau datang dengan senyum menawan,,

Menawarkan kisah cinta di hamparan sabana.

Mengukir cerita ditengah ringkik kuda

Merajut kasih dihutan cendana “

                                                            Tambolaka, 18 Desember 2013.

            Perempuan muda itu senyum-senyum sendiri saat membaca halaman ini. Ah, lagi-lagi ia mengenang, bahwa ia pernah melontarkan sebaris kalimat ini

“sikon ini relatif tidak tetap  bersamaan dengan dilatasi waktu, dan hal yang harus dijaga adalah komunikasi”.

Ia sendiri tidak mengetahui bagaimana semua itu berawal, yang ia tahu ia menikmati kisah ini, dan bergumam,, ini menyenangkan.....

Bagaimana tidak? Komunikasi dengan pria berkaos kuning terjalin erat, ada rasa yang menggelitik dihatinya. Hei, pria itu... ah satu nama berjuta cerita. Tak cukup kata untuk melukis tentangnya. Tak cukup angka untuk menghitung berapa waktu yang terlewatkan karena memikirkannya.

            Perempuan itu, masih saja terbuai oleh catatan harian yang sedang dibacanya.

aku tersesat pada jalan yang tak seharusnya kulalui, ternyata aku yang tak pandai membaca peta”.

                                                ** Bukit Sandelwood, 28 Januari 2015...

Mungkin, karena dulu aku pernah bersumpah bahwa kau adalah orang pertama yang berhasil mencuri hatiku, kini aku mendapat tulahnya, terus memikirkanmu.

Angin senja hari ini menembus kulitku, merasuk sampai kebenang-benang jiwa, aku terkapar seperti tertusuk seribu panah pemburu.

Hari ini, aku melihatnya lagi. Pria berkaos kuning, yang sekian lama berkeliaran dipikiranku, merangkak dinadiku, berdetak dijantung, selalu ada disetiap hembusan nafasku, mengalir bersama aliran darahku, terus menghantui hidupku. Ah, pria ini, sekian tahun kupendam rasa untuknya, dalam bingkisan merah muda, yang dihiasi pita hijau. Rasa yang selalu kuperbincangkan dengan Sang Pemilik Kehidupan, pada waktu tengah malam, saat sunyi merasuk jiwa, saat suara jengkrik tidak lagi terdengar.

            Aku terperanjat, kaget, terisak oleh sesuatu yang tidak kutahu namanya. Hari ini, pria itu berdiri tepat didepanku, dengan seorang perempuan cantik juga manis. Arghh,, pemandangan ini, begitu menyayat hati. Langit hari ini seolah mengejekku, atau memarahiku?. Hitam, pekat, gelap, “mendung... kurasa ada tetesan air  yang membahasiku, hujankah itu? Atau??? ........

            Lalu, perempuan muda itu bergumam, pada catatan harian tertanggal 13 Maret 2016,,

Mengapa harus 3+3+3?????????

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun