Mohon tunggu...
Zyadah Khairoh
Zyadah Khairoh Mohon Tunggu... lainnya -

Mahasiswi Fakultas Dakwah jurusan Bimbingan Konseling Islam di IAI Ibrahimy, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo Jawa timur.\r\nwww.ziyadatul-khairoh.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Membatik" Masa Depan

4 November 2013   00:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun belakangan ini katertarikan saya kepada batik semakin menjadi-jadi saja, kendati saya tidak memiliki banyak koleksi batik, tapi setidaknya adalah beberapa helai baju batik (motif kontemporer) yang saya miliki. Alasan ketertarikan saya kepada batik antara lain karena saya terpukau dengan nilai-nilai estetika pada motifnya: rumit, detail, indah dan sangat filosofis. Sejak saya menyukainya, saya lalu mengamati—atau mungkin tepatnya mengira-ngira—motif dari beberapa batik yang saya miliki. Motif-motif yang ada pada Batik sepertinya banyak dipengaruhi oleh watak, karakter, dan sosial budaya pembatiknya atau bahkan kondisi geografis dimana pembatik itu tinggal sehingga nilai filosofis yang terkandung pada Batik tersebut sangat tampak dan membuat pemakainya tampil berkarakter. Kita lihat motif dari batik Pamekasan ini:

[caption id="" align="aligncenter" width="336" caption="Batik Pamekasan"][/caption] Saat saya membelinya, si penjual mengatakan bahwa motif batik ini bernama Bherras Dumpa (Beras Tumpah), saya melihat karakter orang Madura yang sangat kental pada motif ini, mereka orang Madura rata-rata yang berprofesi sebagai pengrajin batik adalah perempuan yang menjadikan membatik sebagai kegiatan sampingan untuk menambah penghasilan, mengisi waktu senggang, dan merawat bakat melukisnya. Saya membayangkan ketika si pembatik melukis di atas kain ini sepertinya baru saja ditimpa musibah, yaitu, beras yang baru dibeli atau dipanen suaminya tanpa sengaja tumpah dan si istri lalu mengekspresikan kesedihan dan penyesalannya dengan melukis beras tumpah itu di atas kain.

Hmmm... Ini bisa saja benar dan bisa saja salah, sebab sejauh saya memahami—sebagai orang Madura—karakter asli orang Madura salah satunya adalah sangat menghargai jerih payah orang lain dalam hal apapun, apalagi jerih payah orang-orang yang dicintainya. Mungkin mereka tidak membalasnya dengan materi, tapi mereka membalas dalam bentuk perhatian dan kepedulian yang sangat baik. Aduh... Manisnya :D

Nah, yang ini Batik Pakandangan 3 Dimensi: [caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Batik Pakandangan (Sumenep) 3 Dimensi"]

[/caption] Sungguh kombinasi warnanya sangat berani sehingga menghasilkan gradasi warna yang indah. Penjahit lalu menyulapnya untuk saya sehingga jadi begini:

[caption id="" align="aligncenter" width="672" caption="Bersama Bibi Nampang di Depan Masjid Muhammad Ceng Hoo Surabaya"]

[/caption] Cantik, bukan? :)

Kalau yang ini Batik khas Situbondo:

[caption id="" align="aligncenter" width="384" caption="Batik Khas Situbondo"]

[/caption] Batik Situbondo memiliki ciri khas motifnya binatang-binatang laut. Seperti Ikan, Bintang Laut, Kerang, dan Tumbuhan Laut. Rupanya motif ini dipengaruhi oleh sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Situbondo dan juga memang sebagian masyarakat pesisir sangat menggantungkan kehidupannya kepada laut dengan menjadi nelayan. Ya, di sepanjang garis pantai Kabupaten Situbondo terdapat beberapa titik pariwisata pantai yang sangat indah. Antara lain; Pantai Pasir Putih, Pantai Bama Baluran, Pantai Patthek, dan Pantai Banongan yang semuanya menawarkan decak kagum atas panoramanya yang sungguh indah dan menawan.

Oh ya, saat ini saya juga mulai tertarik untuk belajar membatik. Saya belajar membatik di rumah saudara saya bernama Aisyiyah. Ia yang seorang aktifis mengadakan pelatihan membatik untuk ibu-ibu yang berlatar belakang perekonomiannya “relatif rendah” dan memberdayakannya yang didanai oleh pemerintah Kabupaten Situbondo. Ah... Tapi sungguh miris. Mbak Ai—nama panggilan Aisyiyah—yang semula mengajak 17 peserta aktif pelatihan membatik dari kalangan tetangga kini pesertanya sangat menurun menjadi 3 orang, dan salah satunya saya. Banyak faktor mengapa peserta membatik disini sangat menyusut. Di antaranya, mereka mungkin lebih memilih pekerjaan yang lebih praktis dan "lebih riil" (rata-rata mereka mundur dari kegiatan ini karena lebih memilih mencari rumput untuk makan sapinya di rumah)  dan kurangnya pemahaman mereka terhadap pentingnya melestarikan Budaya Indonesia. Dua peserta lain yang rajin berlatih membatik di rumah Mbak Ai kini telah bisa membatik dengan baik. Ini salah satu proses membatik mereka: [caption id="" align="aligncenter" width="960" caption="Bagus, yaa???"]

[/caption] Tapi yang sangat disayangkan... Saya belum bisa berlatih secara intensif karena banyak kendala yang cukup berat. Selain jarak tempuh rumah saya ke rumah Mbak Ai cukup jauh dan saya tidak punya sopir pribadi plus saya tidak bisa mengendarai sepeda, saya juga masih disibukkan dengan aktifitas rutin yaitu kuliah dan tugas yang sangat menumpuk. Sehingga proses belajar saya masih pada tahap mencanting malan dan ekstra hati-hati agar pola yang dilukis di kain menjadi rapi. Sulitnya bukan main! Hufff... Sangat menyedihkan... [caption id="" align="alignnone" width="960" caption="Ini Proses Latihanku, Masih belum bagus..."]
Ini Proses Latihanku, Masih belum bagus...
Ini Proses Latihanku, Masih belum bagus...
[/caption]
Tapi saya akan terus berusaha mengatasi keadaan ini. Saya akan terus berusaha, berlatih membatik dengan serius, sebagai salah satu upaya saya menjadi warga negara yang baik dengan mencintai dan melestarikan budaya Indonesia. Semangat!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun