Mohon tunggu...
fiimazayaki
fiimazayaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas airlangga

mahasiswa aktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Pola Asuh Orang tua dengan Gangguan Mental Terhadap Perilaku Anak

21 Desember 2024   20:35 Diperbarui: 21 Desember 2024   20:33 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Anak merupakan individu dengan potensi besar untuk berkembang, berinovasi, dan berkreasi, serta  belajar untuk memahami situasi secara emosional maupun sosial berdasarkan lingkungan dimana mereka tumbuh. Lingkungan yang kondusif dan terstruktur dapat mendorong anak menjadi pribadi yang positif dengan kesehatan mental yang stabil. Kesehatan mental memainkan peran penting dalam perkembangan dan kesejahteraan individu. Bagi anak-anak, kesehatan psikologis orang tua juga sangat berpengaruh dalam membentuk perkembangan emosional, sosial, dan kognitif mereka. Anak-anak mengandalkan pengasuh untuk menyediakan lingkungan emosional yang stabil, namun ketika pengasuh menderita gangguan mental, mereka akan cenderung kesulitan untuk menawarkan dukungan emosional secara konsisten seperti yang dibutuhkan anak.

Dewasa ini banyak ditemukan anak dengan gangguan kesehatan  mental disebabkan pola asuh orangtua. Selain ketidakamanan emosional, anak-anak dari orang tua dengan masalah kesehatan mental memiliki resiko mengalami masalah yag sama pada diri mereka. Berdasarkan jurnal World Psychiatry, studi melibatkan 3,2 juta anak dengan orangtua mengidap gangguan mental cenderung mengalami peluang besar mengidap gangguan mental yang sama dengan orangtua mereka. Misalnya, depresi orang tua telah dikaitkan dengan peningkatan resiko depresi masa kanak-kanak (Beardslee et al., 2011). Faktor genetik dan lingkungan yang terkait dengan kesehatan mental juga dapat berkontribusi terhadap resiko ini. Seorang anak mungkin mewarisi kecenderungan penyakit mental tertentu diikuti dengan coping mechanisme yang tidak sehat dari gaya komunikasi orang tua sehari-hari. Individu dengan kebiasaan buruk seperti berteriak ketika marah, mendiamkan orang lain saat menghadapi masalah, dan lain sebagainya kerap kali tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan tanda dari adanya gangguan mental yang diadaptasi dari lingkungan sehari-hari.

Studi oleh Orford (2008) mencatat bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan tidak kondusif memiliki potensi mengalami tingkat stress yang tinggi karena ketidakpastian kehidupan di keluarga mereka, yang menyebabkan kesulitan dalam hubungan mereka sendiri. Pola emosional dan perilaku yang mereka alami saat tumbuh dewasa dapat membentuk cara mereka berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan pasangan mereka di masa mendatang. Hal tersebut tidak menjadi perhatian khusus bagi mereka yang tidak memiliki kesadaran diri, sehingga tanpa sengaja diterapkan kepada orang terdekat. Suatu contoh, individu dari orang tua dengan gangguan kecemasan atau anxiety kerap menjadi pribadi yang terlalu cemas dan mengembangkan kecenderungan menghindar, membuat pribadi tidak mengerti cara berkomunikasi yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah dan rasa takut mencoba belajar hal-hal baru. Tantangan-tantangan tersebut tentu dapat terbawa hingga dewasa, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang memuaskan.

Terlepas dari resiko tersebut, penting untuk ditanamkan bahwa tidak semua anak dari orang tua dengan masalah kesehatan mental akan menimbulkan masalah dalam tiap interaksi yang mereka jalani. Banyak faktor yang memengaruhi hasilnya, termasuk Tingkat keparahan kondisi orang tua, temperamen individu, dan adanya hubungan yang mendukung dari lingkungan luar rumah. Ketika anak-anak diberi akses ke layanan pembantu, seperti terapi atau konseling, mereka memiliki potensi lebih siap menghadapi dan mengelola tantangan yang mereka hadapi. Refleksi dan campur tangan pihak ketiga sebagai pendukung sangat penting dalam mengurangi efek jangka Panjang dari penyakit mental orang tua terhadap anak-anak. Selain itu, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keseharan mental dan menyediakan sumber daya bagi orang tua yang berjuang dengan penyakit mental dapat membantu mencegah atau mengurangi konsekuensi negatif yang ada.

Kesimpulan yang dapat diberikan yakni, kesehatan mental orang tua memiliki dampak signifikan terhatap kesejahteraan anak-anak melalui pola asuh yang diterapkan. Ketidakamanan emosional, resiko kesehatan mental, pengabaian, dan kesulitan dalam hubungan merupakan beberapa tantangan yang mungkin dihadapi anak-anak. Namun, memahami hubungan kompleks antara kesehatan mental orang tua dan perkembangan anak sangat penting untuk menciptakan strategi guna melindungi dan memelihara generasi berikutnya. Dalam kasus ini, pemerintah juga dapat berperan aktif dalam menanggulani masalah yang ada dengan cara menyediakan pelatihan atau kelas khusus mengenai kehidupan pernikahan sebelum suatu pasangan menjalani pernikahan, hal tersebut dapat menjadi dasar sebelum dua individu benar-benar menjalani kehidupan secara satu dan utuh. Pemerintah juga dapat menyediakan program pengecekan kesehatan psikologis keluarga secara berkala untuk memastikan anak-anak tidak mengalami tekanan mental, sehingga mereka dapat bertumbuh kembang secara maksimal dan tidak mengulangi kesalahan yang sama pada generasi sebelumnya dalam menjalani kehidupan sosial.

Referensi

Rudolf et al, 2023, Transdiagnostic risk of mental disorders in offspring of affected parents: a meta-analysis of family high-risk and registry studies, World Psychiatry

Beardslee, W. R., Versage, E. M., & Gladstone, T. R. (2011). Children of parents with depression: An update. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, 50(6), 551-563.

Orford, J. (2008). Community psychology: A critical perspective. John Wiley & Sons.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun