Tahun Baru China (Imlek) yang dirayakan sejak zaman Dinasti Han (202 SM) di Shina merupakan tradisi agama Konghucu yang sangat sakral dan bermakna. Bagi pemeluk Konghucu, Imlek merupakan hari raya keagamaan untuk memperingati kelahiran Konfusius (Gong Zi). Namun, di negaranya Imlek lambat laun tidak dianggap sebagai perayaan keagamaan. Seluruh etnis Tionghoa, tidak terbatas pada pemeluk Konghucu saja turut serta dalam perayaan Imlek. Tahun baru imlek atau Sin cia (bahasa mandarin) dirayakan pada hari pertama di bulan pertama kalendernya. Bagi etnis Tionghoa, makna perayaan Imlek adalah semangat memperbarui diri menyambut datangnya tahun baru.
Seiring perkembangan, Imlek berubah menjadi kebudayaan universal tidak terbatas kepada satu jenis etnis tertentu. Imlek terasa ‘milik kita semua’. Ini mengingatkan pada obsesi Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, “... Indonesia harus menjadi taman berwarna-warni dengan beragam bunga yang indah. Ini lebih menarik daripada hutan dengan satu pohon”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H