Colour is fun, colour is beauty. Begitulah sebaris kalimat yang muncul dalam salah satuiklan cat di televisi. Iklan yang cukup menarik. Karenamenonton iklan ini, saya jadi terinspirasi untuk memanggil salah satu putri kami yang mulai memasuki masa remaja dengan panggilan Hi Colour. Sebelum memanggilnya dengan nama unik ini, saya bilang dulu kepadanya, “Mama panggil kamu Colour ya, soalnya kan kamu cantik, Colour is beauty.” Ia tersenyum malu-malu, mengisyaratkan persetujuannya. Mulai saat itu, sesekali saya meyapanya dengan Hi Colour.
Sebenarnya ada alasan khusus mengapa saya memanggilnya dengan sebutan yang unik tersebut. Sebelumnya, beberapa kali ia pernah bertanya apakah ia cantik atau tidak. Menurut saya, ia termasuk kategori cantik. Tentunya tidak hanya saya yang berpendapat begitu, teman-temannya juga ada yang pernah mengatakan kalau ia cantik. Tapi entah mengapa, ia masih perlu penegasan lagi bahwa ia memang cantik. Ia suka membandingkan diri dengan kakaknya, mana yang lebih cantik. Saya katakan padanya bahwa mereka sama-sama cantik, tentu saja cantiknya beda-beda.
Saya khawatir kalau ia kurang percaya diri. Saya ingatkan ia agar bersyukur karena dikarunia Allah fisik yang sempurna, ditambah lagi dengan wajah cantik. Namun yang perlu ia ingat, yang paling penting adalah memiliki akhlaq yang baik. Karena semua manusia sama di hadapan Allah. Allah tidak melihat apakah seseorang cantik atau tidak cantik, kaya atau tidak kaya. Allah hanya melihat niat dan amal perbuatan kita. Bila niat dan amal kita baik, tentu kita bernilai baik di hadapan Allah. Demikian pula bergaul dengan teman, yang paling penting adalah akhlaq yang baik. Jadilah anak yang ramah dan suka membantu bila ada yang kesulitan, demikian saya berpesan. Kalau sudah baik terus cantik pula, wah… pasti banyak teman deh. Biar cantik tapi judes misalnya, dijamin teman-teman pasti menjauhi.
Jadi, selain saya mencoba meyakinkan bahwa ia cantik sekaligus menasehatinya, saya berusaha memperkuat rasa percaya dirinya dengan sesekali memanggilnya Colour. Saya berharap, ia menjadi lebih percaya diri. Alhamdulillah, saat ini ia kelihatan lebih riang, dan tidak pernah lagi minta penegasan apakah ia cantik atau tidak. Mudah-mudahan ini merupakan dampak dari semua upaya penguat rasa percaya diri tersebut.
Selain si Cantik, si bungsu yang paling senang tersenyum lebar saat difoto saya sapa sesekali dengan Hi, Smiley. Sampai saat ini, si bungsu terlihat cukup percaya diri. Di sekolah ia berani mengajak teman-temanya bermain bersama, dan berani untuk bertanya kepada guru bila ada yang kurang jelas. Menurut saya, salah satu kelebihan si bungsu ini adalah senyumnya yang manis. Jadi saya bilang padanya, “Dek, mama panggil Smiley ya, soalnya Adek kalau tersenyum OK banget.”Si bungsu langsung tersenyum lebar. Saya hanya ingin menanamkan pada dirinya, bahwa ia juga punya kelebihan dan saya ingin memberinya panggilan spesial sama seperti kakaknya. Saya berharap ia juga tumbuh dengan percaya diri yang baik.
Selain panggilan unik tadi, sesekali saya menyapa anak dengan “anak sholeh, anak baik, good girl, dst”. Kira-kira begitulah beberapa upaya saya dalam menumbuhkan rasa percaya diri anak. Saya yakin setiap keluarga punya cara menumbuhkan percaya diri anak yang masing-masing. Bila menurut Anda cara saya dapat diterapkan, boleh-boleh saja dilakukan, hanya saran saya, untuk panggilan unik jangan lupa minta izin dulu ya sama anaknya. Bila mereka tidak keberatan, silakan lanjutkan. Satu hal lagi, siap-siap juga diprotes ya sama anak, seperti protes si bungsu kepada saya, “Ma kok Adek dipanggil Smiley? Harusnya Big Smile dong.” Ok deh, Hi Big Smile J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H