Mohon tunggu...
Zuraini Basyar
Zuraini Basyar Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

menulis untuk berbagi info dan pengalaman.\r\n\r\nmenulis juga di zurainibasyar.wordpress.com.\r\n\r\ntwitter: @zuraini_basyar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Capek Kuliah Mau Nikah Saja?

3 Maret 2015   22:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:13 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Libur kuliah beberapa waktu lalu, si Sulung pulang ke rumah. Dia cerita banyak hal, salah satunya tentang kuliahnya yang padat ditambah banyak tugas yang harus dikerjakan membuat terkadang ia masih di kampus hingga larut malam. Si Sulung yang manis ini, bilang ia dan teman-teman merasa capek sekali kuliah. Sedemikian capeknya, hingga di antara mereka terlontar gagasan mau nikah saja.

“Bun, kuliah tuh capek banget. Malem-malem masih ngerjain tugas yang seabrek-abrek. Pagi-pagi masuk kuliah lagi. Temen-temen bilang mending nikah aja.” Kata si Sulung sambil mengerutkan dahi.

“Hmm, gitu ya Kak…Tapi kalau udah nikah terus merasa capek juga gimana?” sambil mengangkat alis saya bertanya.

“Emang gitu Bun?”

Saya diam, berpikir harus menjawab dari mana. Tiba-tiba terlintas dalam ingatan, komentar seorang bapak ketika saya menghadiri rapat tentang ketahanan keluarga di suatu kantor kementerian. Baiklah, saya memilih memulai jawaban dari sana.

“Bunda pernah mendengar seorang Bapak mengatakan bahwa pernikahan itu adalah universitas kehidupan. Berlangsung seumur hidup. Kalau kuliah kakak bisa selesai dalam empat tahun, maka dalam universitas pernikahan ini, kuliahnya diniatkan seumur hidup. Begitu memasukinya, kita harus benar-benar siap. Siap mental spiritual, fisik, dan juga materi. Di pernikahan itu kita mengalami banyak pembelajaran. Belajar memahami suami kita, menyesuaikan diri dengan dia. Belajar sekaligus menerapkan pengaturan rumah dan keuangan keluarga, mendidik anak, bergaul dengan masyarkat dan lain-lain. Intinya belajar tentang hidup”.

Saya berhenti sejenak, si Sulung tampak menyimak.

“Tidak mudah menikah itu Kak. Dimulai dari menentukan calon suami atau istri. Cari yang akhlaknya baik. Kalau tidak baik, nanti salah satu pihak bisa menderita. Ingat kan kasus kekerasan yang pernah dialami Mbak kita dulu?

“Iya Bun. Kasihan ya.”

“Iya. Jangan sampai terjadi seperti itu Kak. Kalau sudah ada calonnya, keduanya harus benar-benar siap. Perjalanan pernikahan nanti banyak lika-likunya, ada suka dukanya. Jangan sampai di perjalanan pernikahan, kita merasa lelah baik secara fisik maupun batin, merasa lelah sekali lalu dengan mudah memutuskan untuk berhenti saja. Pisah. Tidak semudah itu, apalagi bila kita sudah punya anak-anak. Yang paling penting diingat, menikah harus diniatkan sebagai ibadah, sementara perceraian itu adalah hal yang dibenci Allah.”

Saya berhenti lagi. Sudah cukup panjang lebar omongan saya, khawatir juga si Sulung capek mendengarnya. Saya tatap si Sulung. Ekspresinya masih tampak antusias.

“Ngomong-ngomong, memangnya Kakak mikir mau nikah sekarang juga?” selidik saya.

“Nggak sih, Bun.  Tapi kadang-kadang aku kepikiran omongan temen yang pengen nikah aja.”

“Oh gitu. Kalau mau nikah luruskan niat dulu Kak, jangan karena capek kuliah aja. Karena sebenarnya apa pun yang kita lakukan, suatu saat kita bisa merasa capek. Kuliah bisa capek, kerja capek, nanti mengurus anak dan suami juga bisa capek.

“Iya Bun, kerja juga capek ya. Kayak Ayah sama Bunda. Pergi pagi pulang malam.”

“Iya sih capek, tapi kalau kita bekerja dengan baik dan ada manfaatnya, rasanya hati senang lho Kak. Kuliah itu untuk dapat ilmu kan? Dan percayalah tidak ada ilmu yang sia-sia.”

“Nah, saran Bunda nih, niatkan nikah karena ibadah. Belajar juga segala hal tentang persiapan pernikahan. Belajar bagaimana sikap istri dan ibu yang baik. Banyaklah yang harus dipelajari, belum lagi soal menyeleksi calon suami.”

“Seleksi Bun?”

“Iya, seleksi. Lho, katanya banyak yang naksir Kakak?” dengan pe-de saya bertanya.

Hahaha…si Sulung tertawa riang. Sudah nggak berkerut lagi keningnya.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun