Ibu, seandainya kau mampu mengeja
Tuturmu tentu sudah menjadi goresan alinea
Peluhmu menjadi saksi
Kegigihanmu mengais rezeki
Meski  kau tak sama,
Senyummu adalah mutiara
Yang selalu  terpancar kemilau
Laksana sapa mentari setiap pagi
Kini, hanya lantunan doa dan puji
Tuk namamu yang selalu lekat di hati
Kalau boleh memilih, sebenarnya ingin sekali aku terlahir dari seorang ibu yang sempurna, seperti layaknya perempuan lain. Cantik,  menarik, dapat berbicara, pintar, lincah,  dan terhormat. Namun, apalah daya, ibuku hanyalah seorang  perempuan  desa, penampilan lugu, yang setiap hari bekerja sebagai  buruh tani dan kadang pemungut sampah.  Sri Lestari, nama ibuku,  berasal dari keluarga  buruh tani yang  sangat sederhana.