"Adik-adik, sebagai anggota baru, kalian harus mengikuti kegiatan pengambilan kartu anggota. Kartu anggota tidak akan diberikan secara cuma-cuma, tapi harus melalui serangkaian kegiatan.
Untuk itu besuk pada malam Minggu, Kakak  telah merencanakan kegiatan tersebut. Jadwal kegiatan akan diberikan nanti setelah istirahat. Ada pertanyaan?" tanya senior dengan  mengedarkan pandangan ke seluruh ruang aula sekolah.
Selama tiga puluh detik ruangan itu terlihat sepi, tidak ada yang berani bersuara. Mungkin belum begitu paham acara yang direncanakan senior. Â Mungkin juga peserta kurang konsentrasi, jadi lebih memilih untuk diam.
Semua mata peserta diklat terlihat menunduk karena lelah seharian telah diisi kegiatan fisik yang menguras tenaga. Senior dapat membaca kondisi peserta yang sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan penuh. Oleh karena itu, pertemuan itu pun segera ditutup dan menunggu pengumuman selanjutnya.
***
Sesuai janji senior malam Minggu ini acara pengambilan kartu  anggota pun dilaksanakan. Ada kegiatan pembekalan sebentar sebelum acara dimulai, serta pengarahan dari senior. Peserta diklat semua berbaju seragam seperti yang ditentukan senior. Yel-yel pun selalu dilantunkan untuk membakar semangat para peserta.
Kelompok perempuan dan laki-laki dipisahkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari lima orang. Sebagai penanggung jawab adalah ketua kelompok yang disetujui oleh semua anggota.
Tugas tiap kelompok telah ditentukan. Kegiatan yang diadakan setelah pukul dua belas malam itu diawali dengan doa bersama, dan penjelasan rute yang akan dilalui.  Sepanjang  perjalanan  akan melewati beberapa pos, dan tiap pos akan dijaga oleh senior, serta ada tugas yang harus diselesaikan.
Ira, Wati, Sonya, Made dan Nia tergabung dalam satu kelompok. Sebagai ketua kelompok atau regu adalah Sonya. Kelompok anak-anak centil yang terkenal genit serta banyak tingkah itu pun harus menyelesaikan tugas dari tiap-tiap pos. Waktu perjalanan tiap kelompok berjarak kurang lebih sepuluh menit.
Tibalah kini pada kelompok Sonya. Kelima anak tersebut mulanya terlihat gembira saat mulai perjalanan. Namun, ketika melewati jalan yang gelap, sepi apalagi suara binatang malam yang kadang-kadang cukup membuat gentar, bulu kuduk berdiri, Â dan senam jantung, nyali mereka pun menciut.
"Nya ... aduh aku mulai takut nih. Ngerilah, takut hantu, binatang malam, dan angin malam tiba-tiba terasa begitu kuat," lirih Ira yang paling kecil di antara keempat kawannya.