Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senggol Kanan

10 Desember 2020   22:32 Diperbarui: 10 Desember 2020   22:39 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas kuliah hari itu mengharuskanku pergi mencari beberapa buku referensi. Kucoba menuju toko buku yang harganya sedikit miring, meski harus menempuh perjalanan agak jauh. Tak apalah demi tugas dan nilai, pikirku saat itu.

Bersama seorang teman,  sepeda motor kuarahkan ke toko buku tersebut. Siang yang cukup cerah, jalanan juga begitu padat. Maklum namanya juga kota pelajar.

Saat itu bulan Ramadan, entah hari yang keberapa, aku lupa. Aku mengendarai sepeda motorku tidak begitu kencang, karena jalanan juga padat. Sebenarnya aku tidak begitu paham rute menuju toko tersebut, sehingga temanku  kuminta yang berjalan di depan.

Setelah beberapa kali menemui traffic light, jarak ke toko buku itu pun tinggal beberapa menit.

Jalan saat itu begitu padat. Entah mengapa tiba-tiba saja hatiku merasa tidak nyaman dan ada rasa ragu.

Kulihat dari spion, di belakangku ada sebuah mobil box pengangkut barang. Waktu itu kecepatan sepeda motorku hanya sekitar empat puluh kilo meter per jam.

Tiba-tiba saja, dari arah samping, mobil box yang tadi di belakangku menyenggol stang kanan, dan ... aku pun oleng, keseimbanganku hilang. Mobil box itu pun terus saja melaju,  entah ke mana.

Aku jatuh tersungkur. Suara sepeda motorku yang jatuh menimbulkan perhatian beberapa orang. Mereka membantuku  untuk bangun dan menyelamatkan barang-barangku. Aku dan temanku berhenti sebentar untuk menghilangkan rasa  kaget dan gemetarku.

Aku  dalam kondisi sadar, hanya kaget saja. Sepeda motor segera diletakkan di pinggir jalan oleh beberapa orang. Aku duduk di sekitar tepian aspal. Kulihat tas kuliahku putus talinya. HP yang kuletakkan di saku jaket, entah hilang ke mana. Spion sepeda motor sebelah kanan  juga patah.

 "Gimana kondisimu, Rin?" tanya Budi yang mengantarkanku menuju toko tersebut dengan sedikit resah.

"Alhamdulillah  baik, kok, hanya sedikit gemetar dan pada detik ke sekian pas jatuh tadi bener-bener nggak ingat. HP-ku hilang, Bud, tapi nggak apa, masih bisa cari lagi, besuk."

"Ya ... yang penting kamu masih dilindungi Allah. Terus gimana rencana hari ini? Jadi cari bukunya?"

"Jadi dong, tanggung sudah  jauh perjalanan kita. Buku harus didapat," jawabku tegas.

"Ok, pelan-pelan saja ya jalannya. Memang di sini sangat ramai, apalagi saat jam kerja dan sekolah."

"Siap."

Dalam hati aku bersyukur sekali, masih diberi umur panjang, dalam kondisi sehat, meski barang-barangku harus rusak dan hilang.

Ada rasa takut  untuk menceritakan peristiwa kecil hari itu pada suamiku. Aku hanya berharap semoga suamiku tidak marah setelah mendengar  kejadian hari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun