Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Ikan Gabus

7 Oktober 2020   17:39 Diperbarui: 7 Oktober 2020   17:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tersebutlah Muhdi, lelaki yang pekerjaannya mencari ikan di sungai. Tiap malam selepas Isya, dia mencari ikan di sungai yang terkenal airnya jenih, ikannya pun banyak.

Mencari ikan menjadi mata pencahariannya. Dia mencari ikan dengan cara yang sangat sederhana dan tardisional. Jadi tidak menggunakan strum atau listrik serta hal yang dilarang pemerintah.

Berapa pun penghasilannya sebagai pencari ikan dia syukuri. Keluarganya pun tidak pernah protes terhadap hasil yang didapatkan setiap hari.

Seperti biasa, Muhdi bersiap  mencari ikan malam itu. Kebetulan malam Jumat. Muhdi biasanya  mencari ikan sampai tengah malam atau menjelang pagi. Tergantung hasil yang didapatkan. Jika sudah dirasa cukup, maka dia pulang.

Entah mengapa malam itu, Muhdi mengalami kesialan. Sepanjang malam, tak satu ikan pun dia dapatkan.  Dia hampir saja putus asa. Bila tidak teringat pesan guru ngajinya dulu, pasti dia sudah kembali dengan tangan hampa.

"Duh, ya Allah,  mengapa tidak kau berikan  hasil padaku malam ini. Keluargaku harus makan apa jika tidak ada seekor ikan pun yang berhasil kutangkap?" keluh Muhdi pada dirinya sendiri.

Baru menjelang tengah malam, tiba-tiba, jaringnya bergerak-gerak. Seekor ikan gabus  yang agak besar berhasil ditangkap Muhdi. Muhdi pun merasa lega. Keluhannya kali ini benar-benar didengarkan Allah.

"Alhamdulillah, ya Allah terima kasih, telah Kau berikan rezeki padaku dan keluargaku malam ini."

Muhdi pun kembali ke rumah.

Esok paginya, seperti biasa, dia ke pasar ingin menjual  hasil tangkapannya.

Ikan gabus itu ternyata masih hidup. Beberapa kali Muhdi menawarkan ikan gabusnya pada pengunjung pasar.

"Ikannya berapa, Pak?" tanya seorang ibu yang kebetulan membawa barang belanjaan cukup banyak. Rupanya dia tertarik untuk membeli ikan gabus yang katanya dapat mengobati beberapa macam penyakit itu.

"Lima ribu, Bu."

"Seribu saja boleh, nggak?"

"Wah, belum Bu. Lima ribu itu sudah murah, Bu. Ikan ini kan cukup besar."

Rupanya ibu tadi tidak sepakat dengan harga yang ditawarkan. Dia pun berlalu begitu saja.

Sesaat kemudian, seorang lelaki lewat di depan Muhdi dan menawar ikannya.

"Berapa  harga ikannya, Pak?" kata lelaki itu sambil menyentuh ikan gabus yang masih hidup itu.

"Tadi sudah ditawar dua ribu oleh seorang ibu," jawab Muhdi mulai berbohong pada lelaki itu.

Seketika itu, ikan gabus pun menjawab.

"Nggak usah berbohong, la wong tadi ditawar seribu kok bilang dua ribu."

Lelaki itu pun sangat kaget. Dia tidak menginginkan lagi untuk membeli ikan gabus yang tiba-tiba dapat berbicara layaknya manusia.

Muhdi pun merasa malu dan sangat kaget di depan lelaki calon pembeli tadi.

Akhirnya ikan itu pun tidak jadi dijual. Muhdi bertekad untuk mengembalikan ikan ke sungai tempat  dia menangkapnya.

Kini, Muhdi semakin berhati-hati ketika menangkap ikan. Dia begitu yakin bahwa ikan gabus tadi bukan ikan sembarangan.

Magelang, 7 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun