Mohon tunggu...
Zuly Kristanto
Zuly Kristanto Mohon Tunggu... Buruh - hanya orang biasa dari desa

cuman orang bodoh yang belajar memaafkan

Selanjutnya

Tutup

Humor

Aeng-aeng

19 November 2019   11:40 Diperbarui: 19 November 2019   11:43 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Usai menonton kuliah tradisi kakak tingkat, saya dan beberapa teman satu angkatan nongkrong di kantin yang hari itu kebetulan sedang tutup. Untuk membuang sepi kami nembang lagu Kalung Emas karangan Mas Didi Kempot yang saat itu sedang viral. Dengan menggunakan iringan ketipung yang kami pinjam dari ruang karawitan. Kami coba menyuarakan rasa kangen yang entah untuk siapa.

Diantara kami yang nongkrong siang itu. Saitil menjadi bintang utamanya. Pemuda asal Lamongan ini nampak begitu menghayati tembang yang penuh dengan syair nggrantes ini. Sambil mengikuti alunan ketipung yang menghentak dia menari-nari sambil tak henti-hentinya memandangi potret seorang gadis di hp keluaran China kesayangannya.

Ketika asyik-asyiknya berjoged. Saitil dikejutkan oleh Ndhas Teng, kakak tingkat kami yang membawa dua butir kelapa sisa dari sesaji kuliah tradisi. Dua butir kelapa yang masih utuh lalu ditaruhnya di atas meja.

"Til, kowe seneng temen karo Sayem ta?" tanya Ndhas Teng.

"Lek iya, Koen kate lapo? Koen gak trima ta?" Saitil menjawab sambil mematikan hpnya.

"Ya, ora apa-apa. Aku iki kenal Sayem kawit SMA. Yen kowe pengin ngolehne Sayem carane gampang," ucap Ndhas Teng.

Saitil tentu sumringah mendengarnya.

"Piye carane, Teng?"

"Kowe kudu bisa ngalahne aku ngonceki kambil iki nganggo untu. Wani ra?"

Karena cintanya Saitil kepada Sayem sudah sampai mbun-mbunan. Saitil langsung menyetujui tantangan dari Ndhas Teng ini.

Sesaat kemudian pemuda asal Lamongan dan pemuda asal Trenggalek ini mengadu kekuatan gigi mereka. Dengan hanya mengandalkan kekuatan gigi. Kelapa yang dibawa Ndhas Teng tadi digragoti sampai terkelupas dari sabutnya. Karena memiliki susunan gigi yang lebih kuat dan rangas. Perlombaan mengelupas kelapa dengan gigi itu dimenangkan oleh Saitil.

"Piye Teng? Aku sing menang. Saiki warahen aku piye carane ngentukne Sayem," ucap Saitil sambil memangku kelapa yang baru dia kupas dengan giginya.

Merasa kasoran dengan kekuatan gigi adik tingkatnya asal Lamongan itu. Ndhas Teng belum mau menerima kekalahannya. 

"Perlombaan belum rampung. Pemenang dari perlombaan ini adalah siapa yang bisa memecahkan kelapa dengan keningnya," sanggah Ndhas Teng sembari memukul-mukulkan kelapa yang baru dia kupas ke keningnya.

Karena tidak mau kalah. Saitil pun melakukan hal serupa seperti yang dilakukan Ndhas Teng. Hampir sepuluh menit dua pemuda itu memukulkan kelapa kekeningnya. Namun, entah karena didorong keinginan yang kuat atau memang punya ilmu kanuragan yang mumpuni.

Cucu Ranggalawe berhasil mengalahkan Cucu Menak Sopal. Saitil bisa tersenyum bangga dengan kemenangannya. Sementara itu Ndhas Teng ngglepar kepalanya pusing seusai dijenus-jentuskan ke kelapa.

"Saiki aku sing dadi pemenange ya?"

"Iya, Til. Aku ngaku kalah."

"Terus carane piye?"

"Hamboh... Mikira dhewe."

Merasa kesal karena dipermainkan Ndhas Teng. Usai membuang kelapa yang baru dijentuskan ke kepalanya. Saitil mendekatkan mulutnya ke telinga Ndhas Teng yang masih glosaran.

"Teng," kata Saitil pelan.

"Apa Til?" jawab Ndhas Teng malas.

"Kowe ki celeh tenan, kok," ucap Saitil dengan wajah kesal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun